Rabu, 25 November 2009

Psikologi dan Ilmu Lainnya

Psikologi dan Ilmu Lainnya









DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

SULASMIYADI (01.09.071)
WINDAWI (01.09.098)
TRISNO (01.09.092)
ROHANI (01.09.0 )
SUKRI HIDAYAT (01.09.0 )


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN 2009 / 2010





KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridhonyalah makalah ini dapat diselesaikan. Seiring shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini merupakan makalah pertama yang kami buat pada semester pertama yang mana telah mampu menempu pendidikan di Universitas Candradimuka palembang.
Makalah ini membahas masalah Psikoogi dan ilmu lainnya dalam menjawab penomena Psikologis masyarat Indonesia.
Pada dasarnya penulis sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca makalah ini sangat kami harapkan agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.



Palembang, November 2009




Pemakalah











































HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

Serge moscoyici seorang psikolog social menyatakan bahwa psikologi social adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan social lainnya.sebab psikologi social mengakui pengtingnya memandang individu dalam suatu system social yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi,ilmu politik,antropologi,dan ekonomi psikologi social mengakui aktivitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia di masa lampau. Dalam mengambil focus ini spikologi social beirisan dengan filsafat,sejarah,seni dan musik. Selain itu psikologi social memiliki perspsektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap prilaku social.

Dalam hal ini psikologi social misalnya mungkin mempertannyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian yang menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah, dan serangan jantung. Karena perspektif ini maka dibahas tentang resepsi kognisi dan respon fisiologis.

Meskipun demikian perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi social adalah memfokuskan pada individu dari pada kelompok atau unit. Sementara ahli ilmu social yang lain mempergunakan analisis kemesyarakatan yakni mempergunakan factor-faktor secara luas untuk menjelaskan prilaku social.
Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok.
Kelompok itu dapat kecil ( keluarga ), atau moderat ( perkumpulan mahasiswa sepak bola ), atau luas ( suatu masyarakat ).

Sementara bidang study lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari prilaku indipidu adalah psikologi kepribadian. Pendekatan psikolog kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi social adalah mengidentipikasikan atau ( respon secara bereaksi ), dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.

Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindakan kekerasan. Pendekatan masyarakat cendrung menunjukan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi dan cepat dan industrilisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan : kejahatan lebih banyak timbul didaerah kumuh ketimbang lingkungan elit : kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun disaat kondisi ekonomi membaik.

PERANAN PSIKOLOGI DALAM MENJAWAB FENOMENA PSIKOLOGIS
MASYARAKAT INDONESIA

A. pengantar
Defenisi psikolokologi yang paling disepakati oleh para fakar adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut WORTMAN dkk. ( 2004 ) psikologi adalah “the scientific study of behavior, both eksternal observable action and internal thought” oleh karena tingkah laku merupakan manipestasidari aspek kognitif, efektif dan psikomotorik manusia maka melalui pengamatan tingkah laku kita dapat memahami sisi unik kepribadian dan kejiwaan adri diri seseorang. Perkembangan kajian dunia psikologi, pendidikan, psikologi klinis, psikologi social, psikologi industri dan organisasi serta psikologi umum dan eksperimen. Namun seiring semakin komfleksnya permasalahan yang dihadapi manusia dalam berbagai ospek kehidupan bagin-bagian besar tersebut semakin berkembang hingga kajian psikologi telah mencapai lebih dari 50 kajian.

B. kajian-kajian psikologi dalam berbagai aspek kehidupan

B.1. psikologi perkembangan
Perkembangan manusia harus diletakan sebagai upaya untuk mengoptimalkan seluruh aspek kehidupan manusia sejak bayi sampai lanjut usia “papalia, olds,feldman, 2001”. Optimalisasi perkembangan manusia dapat terlaksana jika lingkungan ikut mendukung.oleh karena itu dalam proses perkembangannya,manusia tidak terlepas dari konteks kesejarahan dan budaya yang sangat kuat terhadap dirinya.

Saat ini fenomena yang berkaitan dengan psikologi perkembangan yang menjadi perhatian para praktisi dan ilmuan psikologi di Indonesia adalah dampak berbagai peristiwa social-psikologis yang negative pada anak-anak

Sebagai akibat meningkatnya peristiwa-peristiwa dalam rumah tangga ( KDRT ),pembunuhan,pengunaan napza,keretakan kaluarga,dan berbagai penyakit yang menhambat perkembangan anak. juga kejadian-kejadian seperti perang,kerusuhan,konflik,krisis ekonomi,bencana alam yang akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis anak.

Menurut Myers-bowman,walker,dan Myerss-walls ( 2000 ),walaupun anak-anak terekspos secara minimal dalam suatu peristiwa-peristiwa terror,misalnya melihat pemberitaan di televisi dan surat kabar,dapat mengalami kebingungan dan dihantui oleh berbagai pertannyaan tentang hal yang mereka baca dari media massa tersebut. Kekuatan media massa dalam menginformasikan peristiwa terror tidak sebatas memberikan gambaran kejadian,tetapi mendiseminasi ketegangan.termasuk kepada anak-anak.

Sebagai audiensnya.jika aksi terror saja sudah memunculkan efek “ngeri” bagi kalangan dewasa,maka dapat dibayangkan berapa kali lipat derajat ketakutan yang bisa dialami oleh anak-anak. Pada anak-anak tersebut pakar psikologi perkembangan dapat melakukan penanganan seperti melakukan terapi bermain dan terapi disensitisasi untuk mengatasi trauma dan steres yang dialami.

Akan tetapi,pemanfaatan ilmu psikologi bagi perkembangan anak sebenarnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti upaya membantu anak dalam mengatasi krisis perkembangannya ketika memasuki usia sekolah,kesulitan bersosialisasi,permasalahan dengan saudara kandung,perkembangan seksualitas,dan lain sebagainya.

B.2. Psikologi pendidikan
Pada bidang psikologi pendidikan, kasus dan fenomena yang saat ini masi menjadi sorotan adalah Ujian Nasional ( UN ) dan program akselerasi siswa.

Pelaksanaan ujian akhir di berbagai tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran, seringkali memunculkan pro-kontra kegunaanya. Perdebatan dan kritik makin gencar. Arsip surat kabar Sinar Harapan mencatat pendapat puad Hassan, Guru Besar Fakultas psikologi Universitas Indonesia dan mantan mendiknas, bahwa penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga mencakup proses belajar mengajar.

Yang dilakukan. Pelaksanaan UN hendaknya sebatas untuk mengetahui peta kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui UN dapat diketahui sejauh mana kurikulum secara nasional tercapai, namun bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan pun perlu disertai dengan peningkatan kualitas guru ketika guru mengajar. Kualitas pembelajaran sebaiknya tidak dibebankan ke siswa dengan target nilai.

Para siswa disekolah yang berfasilitas minim, bahkan jauh dari prasyarat pendidikan standar akan kesulitan menyesuikan diri dengan setandar nasional. Akibatnya juga berdampak negative dimana guru memberitahukan kunci jawaban kepada siswa sehingga kelulusan siswa meningkat. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk karakter negative pada siswa.

Pakar psikologi pendidikan dapat berperan dalam membantu sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa sekaligus memberikan bimbingan bagi siswa yang menghadapi kendala dalam proses belajarnya, seperti menangani kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa SMA di Indonesia yang memiliki program akselerasi, guru besar psikologi UGM asmadi alsa menyimpulkan beberapa hal diantaranya bahwa siswa akselerasi memang memperoleh percepatan dalam hal perkembangan secara kognitif, namun tidak dalam hal afektif dan psikomotoris ( pidato pengukuhan prof. asmadi alsa dari www.ugm.ac.id ). Namun begitu aktivitas belajar yang padat dapat memacu siswa sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam belajar, karena memang tidak ditemukan adanya dampak negative dari hal itu.

Meski demikian, pemantauan pada semester awal menjadi amat penting dalam rangka melakukan tindakan lanjutan bagi siswa yang ditemukan memiliki potensi tidak cukup mampu melakukan penyesuain diri dengan tuntutan program maupun juga lingkungan akademik dan social yang baru.

Bagaimanapun, evaluasi terhadap program akselerasi di Indonesia harus terus dilakukan dari barbagai aspek. Keberhasilan akselerasi di negara lain tidaklah dapat menjadi pegangan mengingat kondisai demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Disinilah pakar psikologi berperan.

B.3. psikologis klinis
Bagian psikologi kelinis sering diidentikkan dengan profesi psikolog, yakni dalam melakukan konseling dan terapi individual pada individu dengan gangguan psikologis tertentu seperti individu yang mengalami gangguan tidur, gangguan disosiatif, gangguan psikosomatis. Namun demikian, psikologi klinis tidaklah berperan hanya sampai disitu saja. Selain dapat menangani permasalan individual, juga dapat menangani permasalahan komunitas.
Pada orasi ini saya akan menyoroti tiga fenomena actual yang berkaitan dengan kajian-kajian psikologi klinisyakni psikologi forensic, psikologi kesehatan, dan psikologi bencana.

Terdapat kasus-kasus yang sebenarnya membutuhkan keterlibatan pakar psikologi forensik seperti dalam kasus mutilasi. Kasus mayat dipotong-potong atau mutilasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat hati kebanyakan orang miris. Peristiwa mutilasi dengan korban Heri Santoso dilakukan Very idham Henyansyah alias Ryan yang tidak lain adalah orang dekat atau pernah dekat. Kasus Ryan ini memang memang menarik karena latar belakang Ryan yang dianggap mempunyai perilaku sex menyimpang.

Sebenarnya kasus mutilasi telah banyak terjadi di Indonesia. Jauh sebelum kasus Riyan,di Jakarta pernah gempar dengan kasus dengan kasus mayat potong tujuh pada tahun 1980-an. Juga pada kerusuhan antaretnis di Kalimantan, maluku dan poso, sering dijumpai kasus mutilasi itu.
Penelusuran mengenai latar belakang perilaku pelaku mutilasi hingga pengambaran psikologis propil selain kasus mutilasi, kasus perkosaan juga hampir selalu mengisi berita dikoran-koran local maupun nasional.

Banyak kasus pemerkosaan terhadap anak pelakunya bebas karena pihak polisi tidak memiliki bukti cukup untuk menjerat si tersangka mengigat tidak adanya saksi, bukti atau pengakuan dari korban (Abdurrahman, 2009 ).
Seperti kasus pemerkosaan anak 9 tahun di jawa tengah yang diungkapkan oleh Abdurrahman, karena perihati akan sulitnya pembuktian tersangka pemerkosaaan, kapolres jawa tengah dan rekan psikolog yang peduli akan kasus tersebut menggunakan bukti psikologis untuk menjerat tersangka dengan cara membuat rekaman (Hidden Camera) ekspresi dan prilaku korban ketika dipertemukan (melalui one way mirror). Proses rekaman ini diawali dengan seorang laki-laki tersangka alternative yang dimasukan kedalam ruangan dan korban menunjukan ekspresi biasa-biasa diruangan sebelah. Selanjutnya tersangka utama dimasukan kedalam ruangan. Ketika melihat tersangka utama, korban menunjukan ekspresi takut dan menangis. Bukti psikologis ini berhasil menggiring pelaku ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan terbukti bersalah.

Melihat ilustrasi diatas, peran psikologi forensic dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus criminal yang menimpah masyarakat. Psikologi forensic dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban. Selainsebagai saksi ahli di pengadilan, fakar psikologi forensik juga dapat berperan sebagai konsultan di lembaga kepolisian bagi korban-korban kasus KDRT, korban pemerkosaan, atau kasus perwalian anak (Weiner&Hess,2006).
Selain itu peran psikologi forensik di lembaga pemasyarakatan tidak kalah pentingnya. Banyak kasus psikologi yang terjadi pada narapidana .

Demikian penomena Batu ponari cukup menggemparkan masyarakat Indonesia pada awal tahun ini. Ribuan orang dari berbagai pelosok tanah air memadati Dusun Kedungsari, Kabupaten Jombang tempat dukun Ponari berada. Dengan air celupan batu Ponari yang dianggap sakti banyak pasien yang dating berobat dan menyatakan dirinya sembuh.
Tentulah fenomena ini menarik perhatian para praktisi dan akademisi yang berkecimpung di dinia kesehatan termasuk diantaranya para pakar psikologi kesehatan.

B.4. Psikologi Sosial
Sebagai suatu negara dengan budaya yang beragam dan tersebar dalam beribu-ribu pulau, persoalan social yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia tentunya akan terus silih berganti berdatangan.Masih tak lekang dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu terjadi kerusuhan antar-etnis di Sampit, Ambon, dan Poso.

Demikian pulah peristiwa tragis yang terjadi di Sumatera Utara sendiri yakni peristiwa unjuk rasa yang menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap) yang berujung meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara. Dalam hal ini, ilmu psikologi khususnya psikologi social mempunyai peran yang besar untuk menjawab berbagai persoalan ini.Konflik antar budaya dapat dipahami dan diselesaikan dengan teori-teori seperti intergroup theory, peace theory, dan culture psychology.

Dalam menjawab persoalan-persoalan ini, psikologi social sangat memperhatikan aspek-aspek budaya dan kondisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat, serta hubungan didalam dan antar kelompok yang ada di masyarakat tersebut.Teori identitas social melihat bahwa individu cenderung untuk mencari identitas social yang positif dan meningkatkan identitas kelompoknya untuk membedakan dengan kelompok lain.

Etnosentrisme melihat bahwa hubungan antar kelompok umumnya terjadi karena kecendrungan kelompok memandang dirinya sebagai pusat dari segalanya, sehingga terjadi in group favoritism dan berkembangnya stereotype-streotipe tertentu terhadap kelompok lain.Kesimpulannya, persoalan social yang dihadapi bangsa Indonesia bisa dilihat dari kacamata psikologi social, begitupun upaya penanganannya dapat dilakukan melalui berbagai cabang ilmu psikologi social.

B.5. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Industri dan Organisasi sebagai salah satu kekhususan di bidang ilmu psikologi memiliki banyak peran di dalam masyarakat. Salah satunya mengenai kompetensi dibidang ketenaga kerjaan.Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sesuainya kompetensi yang dimiliki seseorang dengan pekerjaan yang digelutinya (Wrong man on the wrong place) yang efeknya bisa bermacam-macam (misalnya: perselisihan antara pekerja dengan pihak pemberi kerja, PHK, kecelakaan kerja, dan stress kerja).

Oleh sebab itu dibutuhkan suatu proses penilaian (assessmen) agar mendapatkan orang yang sesuai antara kompetensi yang dimiliki dengan pekerjaan yang digeluti (Right man on the Right place).Masih maraknya pemberitaan tentang nasib buruk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, ditengarai karena factor kompetensi TKI yang kurang memadai merupakan suatu bukti nyata betapa pentingnya kompetensi kerja seseorang.

Hal ini sesui dengan pernyataan oleh direktur BNP2TKI, Ir.Kustomo Usman, CES, MM, tentang TKI di Taiwan yang gagal berangkat dan sulit melakukan klaim asuransi karena minim pemahaman dan pengetahuan sehingga mudah dibohongi. Permasalahan TKI seharusnya seharusnya dapat dipecahkan bila kompetensi yang dimiliki seseorang TKI mampu membuatnya menjadi aman dan nyaman ketika berkerja diluar negeri.

Dengan kata lain, seorang TKI haruslah memiliki keterampilan (skill) yang cukup untuk menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi ketika ia berada diluar negeri baik Hard Skill maupun Soft Skill. Dalam hal ini kajian psikologi Industri dan Organisasi memiliki peran yang sangat pentingSelain permasalah TKI maka fenomena klasik yang kerap dialami manusia di dunia kerja adalah stress kerja. Penyebab stress kerja didalam organisasi bervariasi dan terkadang kompleks. Karyawan / pegawai yang sangat sibuk ataupun sebaliknya merasa bosan dapat menjadi stress.

Demikian pula karyawan / pegawai yang memiliki pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang dirasakan mengancam keselamatan jiwa atau psikologisnya, seperti pekerjaan dengan tingkat pengawasan den resiko yang tinggi terhadap sangkaan korupsi sebagaimana yang banyak terjadi pada pejabat public di Indonesia saat ini, sangat rentan terhadap stress.

B.6. Sumbaangan psikologi untuk pengembangan USU
Berikut saya akan menyampaikan hasil-hasil penelitian mahasiswa psikologi USU dibawah bimbingan para dosen mengenai tinjauan-tinjauan psikologi yang kiranya dapat menjadi masukan bagi pengembangan Universitas Sumatera Utara.

Fenomena yang akan diangkat yaitu mengenai culture shock mahasiswa asing yang berada di USU, deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU, dan gambaran sikap mahasiswa terhadap mata kuliah kewirausahaan.Pada saat ini terdapat sejumlah mahasiswa asing asal Malaysia yang menempu pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Tentu saja mereka menghadapi perbedaan-perbedaan kebiasaan dan budaya dengan budaya negara asalnya.

Menurut Gudykunst dan kim (2003)perbedaan budaya dapat menimbulkan keterkejutan dan tekanan yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas cultural, dan mengakibatkan kecemasan.Reaksi terhadap situasi yang diikuti rasa cemas dan stress itu disebut dengan culture shock. Hasil penelitian Frandawati (2009)mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan study di USU, menemukan bahwa para mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan culture shock tergolong sedang.

Hal ini berarti mereka mulai bisa menyesuaikan diri namun masih mengalami beberapa masalah adaptasi seperti merasa menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan masih kurang nyaman mahasiswi lebih tinggi bila dibandingkan culture shock pada mahasiswa, dan culture shock pada mahasiswa Malaysia bersuku Cina lebih tinggi dibandingkan dengan suku melayu dan India.

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi pimpinan fakultas / universitas untuk mengembangkan Program Orientasi Berbasis Psikologi Budaya bagi mahasiswa asing di USU agar dapat dengan segera mengatasi culture shock yang dialami, sehingga mereka dapat berproses lebih cepat untuk focus pada proses belajarnya.

Terkait dengan mata kuliah laboratorium psikologi social, mahasiswa psikologi USU juga telah melakukan penelitian untuk melihat bagaimana gambaran deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU terhadap adanya perbedaan fasilitas di tiap fakultas / program study.Deprivasi relative fraternalistik merupakan suatu keadaan dimana seseorang membandingkan keadaan kelompoknya (ingroup) dengan kelompok lain (outgroup) dan merasa bahwa apa yang mereka dapat kurang dari apa yang yang seharusnya atau pantas mereka dapat.













DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

SULASMIYADI (01.09.071)
WINDAWI (01.09.098)
TRISNO (01.09.092)
ROHANI (01.09.0 )
SUKRI HIDAYAT (01.09.0 )


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN 2009 / 2010





KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridhonyalah makalah ini dapat diselesaikan. Seiring shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini merupakan makalah pertama yang kami buat pada semester pertama yang mana telah mampu menempu pendidikan di Universitas Candradimuka palembang.
Makalah ini membahas masalah Psikoogi dan ilmu lainnya dalam menjawab penomena Psikologis masyarat Indonesia.
Pada dasarnya penulis sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca makalah ini sangat kami harapkan agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.



Palembang, November 2009




Pemakalah











































HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

Serge moscoyici seorang psikolog social menyatakan bahwa psikologi social adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan social lainnya.sebab psikologi social mengakui pengtingnya memandang individu dalam suatu system social yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi,ilmu politik,antropologi,dan ekonomi psikologi social mengakui aktivitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia di masa lampau. Dalam mengambil focus ini spikologi social beirisan dengan filsafat,sejarah,seni dan musik. Selain itu psikologi social memiliki perspsektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap prilaku social.

Dalam hal ini psikologi social misalnya mungkin mempertannyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian yang menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah, dan serangan jantung. Karena perspektif ini maka dibahas tentang resepsi kognisi dan respon fisiologis.

Meskipun demikian perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi social adalah memfokuskan pada individu dari pada kelompok atau unit. Sementara ahli ilmu social yang lain mempergunakan analisis kemesyarakatan yakni mempergunakan factor-faktor secara luas untuk menjelaskan prilaku social.
Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok.
Kelompok itu dapat kecil ( keluarga ), atau moderat ( perkumpulan mahasiswa sepak bola ), atau luas ( suatu masyarakat ).

Sementara bidang study lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari prilaku indipidu adalah psikologi kepribadian. Pendekatan psikolog kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi social adalah mengidentipikasikan atau ( respon secara bereaksi ), dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.

Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindakan kekerasan. Pendekatan masyarakat cendrung menunjukan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi dan cepat dan industrilisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan : kejahatan lebih banyak timbul didaerah kumuh ketimbang lingkungan elit : kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun disaat kondisi ekonomi membaik.

PERANAN PSIKOLOGI DALAM MENJAWAB FENOMENA PSIKOLOGIS
MASYARAKAT INDONESIA

A. pengantar
Defenisi psikolokologi yang paling disepakati oleh para fakar adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut WORTMAN dkk. ( 2004 ) psikologi adalah “the scientific study of behavior, both eksternal observable action and internal thought” oleh karena tingkah laku merupakan manipestasidari aspek kognitif, efektif dan psikomotorik manusia maka melalui pengamatan tingkah laku kita dapat memahami sisi unik kepribadian dan kejiwaan adri diri seseorang. Perkembangan kajian dunia psikologi, pendidikan, psikologi klinis, psikologi social, psikologi industri dan organisasi serta psikologi umum dan eksperimen. Namun seiring semakin komfleksnya permasalahan yang dihadapi manusia dalam berbagai ospek kehidupan bagin-bagian besar tersebut semakin berkembang hingga kajian psikologi telah mencapai lebih dari 50 kajian.

B. kajian-kajian psikologi dalam berbagai aspek kehidupan

B.1. psikologi perkembangan
Perkembangan manusia harus diletakan sebagai upaya untuk mengoptimalkan seluruh aspek kehidupan manusia sejak bayi sampai lanjut usia “papalia, olds,feldman, 2001”. Optimalisasi perkembangan manusia dapat terlaksana jika lingkungan ikut mendukung.oleh karena itu dalam proses perkembangannya,manusia tidak terlepas dari konteks kesejarahan dan budaya yang sangat kuat terhadap dirinya.

Saat ini fenomena yang berkaitan dengan psikologi perkembangan yang menjadi perhatian para praktisi dan ilmuan psikologi di Indonesia adalah dampak berbagai peristiwa social-psikologis yang negative pada anak-anak

Sebagai akibat meningkatnya peristiwa-peristiwa dalam rumah tangga ( KDRT ),pembunuhan,pengunaan napza,keretakan kaluarga,dan berbagai penyakit yang menhambat perkembangan anak. juga kejadian-kejadian seperti perang,kerusuhan,konflik,krisis ekonomi,bencana alam yang akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis anak.

Menurut Myers-bowman,walker,dan Myerss-walls ( 2000 ),walaupun anak-anak terekspos secara minimal dalam suatu peristiwa-peristiwa terror,misalnya melihat pemberitaan di televisi dan surat kabar,dapat mengalami kebingungan dan dihantui oleh berbagai pertannyaan tentang hal yang mereka baca dari media massa tersebut. Kekuatan media massa dalam menginformasikan peristiwa terror tidak sebatas memberikan gambaran kejadian,tetapi mendiseminasi ketegangan.termasuk kepada anak-anak.

Sebagai audiensnya.jika aksi terror saja sudah memunculkan efek “ngeri” bagi kalangan dewasa,maka dapat dibayangkan berapa kali lipat derajat ketakutan yang bisa dialami oleh anak-anak. Pada anak-anak tersebut pakar psikologi perkembangan dapat melakukan penanganan seperti melakukan terapi bermain dan terapi disensitisasi untuk mengatasi trauma dan steres yang dialami.

Akan tetapi,pemanfaatan ilmu psikologi bagi perkembangan anak sebenarnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti upaya membantu anak dalam mengatasi krisis perkembangannya ketika memasuki usia sekolah,kesulitan bersosialisasi,permasalahan dengan saudara kandung,perkembangan seksualitas,dan lain sebagainya.

B.2. Psikologi pendidikan
Pada bidang psikologi pendidikan, kasus dan fenomena yang saat ini masi menjadi sorotan adalah Ujian Nasional ( UN ) dan program akselerasi siswa.

Pelaksanaan ujian akhir di berbagai tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran, seringkali memunculkan pro-kontra kegunaanya. Perdebatan dan kritik makin gencar. Arsip surat kabar Sinar Harapan mencatat pendapat puad Hassan, Guru Besar Fakultas psikologi Universitas Indonesia dan mantan mendiknas, bahwa penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga mencakup proses belajar mengajar.

Yang dilakukan. Pelaksanaan UN hendaknya sebatas untuk mengetahui peta kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui UN dapat diketahui sejauh mana kurikulum secara nasional tercapai, namun bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan pun perlu disertai dengan peningkatan kualitas guru ketika guru mengajar. Kualitas pembelajaran sebaiknya tidak dibebankan ke siswa dengan target nilai.

Para siswa disekolah yang berfasilitas minim, bahkan jauh dari prasyarat pendidikan standar akan kesulitan menyesuikan diri dengan setandar nasional. Akibatnya juga berdampak negative dimana guru memberitahukan kunci jawaban kepada siswa sehingga kelulusan siswa meningkat. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk karakter negative pada siswa.

Pakar psikologi pendidikan dapat berperan dalam membantu sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa sekaligus memberikan bimbingan bagi siswa yang menghadapi kendala dalam proses belajarnya, seperti menangani kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa SMA di Indonesia yang memiliki program akselerasi, guru besar psikologi UGM asmadi alsa menyimpulkan beberapa hal diantaranya bahwa siswa akselerasi memang memperoleh percepatan dalam hal perkembangan secara kognitif, namun tidak dalam hal afektif dan psikomotoris ( pidato pengukuhan prof. asmadi alsa dari www.ugm.ac.id ). Namun begitu aktivitas belajar yang padat dapat memacu siswa sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam belajar, karena memang tidak ditemukan adanya dampak negative dari hal itu.

Meski demikian, pemantauan pada semester awal menjadi amat penting dalam rangka melakukan tindakan lanjutan bagi siswa yang ditemukan memiliki potensi tidak cukup mampu melakukan penyesuain diri dengan tuntutan program maupun juga lingkungan akademik dan social yang baru.

Bagaimanapun, evaluasi terhadap program akselerasi di Indonesia harus terus dilakukan dari barbagai aspek. Keberhasilan akselerasi di negara lain tidaklah dapat menjadi pegangan mengingat kondisai demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Disinilah pakar psikologi berperan.

B.3. psikologis klinis
Bagian psikologi kelinis sering diidentikkan dengan profesi psikolog, yakni dalam melakukan konseling dan terapi individual pada individu dengan gangguan psikologis tertentu seperti individu yang mengalami gangguan tidur, gangguan disosiatif, gangguan psikosomatis. Namun demikian, psikologi klinis tidaklah berperan hanya sampai disitu saja. Selain dapat menangani permasalan individual, juga dapat menangani permasalahan komunitas.
Pada orasi ini saya akan menyoroti tiga fenomena actual yang berkaitan dengan kajian-kajian psikologi klinisyakni psikologi forensic, psikologi kesehatan, dan psikologi bencana.

Terdapat kasus-kasus yang sebenarnya membutuhkan keterlibatan pakar psikologi forensik seperti dalam kasus mutilasi. Kasus mayat dipotong-potong atau mutilasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat hati kebanyakan orang miris. Peristiwa mutilasi dengan korban Heri Santoso dilakukan Very idham Henyansyah alias Ryan yang tidak lain adalah orang dekat atau pernah dekat. Kasus Ryan ini memang memang menarik karena latar belakang Ryan yang dianggap mempunyai perilaku sex menyimpang.

Sebenarnya kasus mutilasi telah banyak terjadi di Indonesia. Jauh sebelum kasus Riyan,di Jakarta pernah gempar dengan kasus dengan kasus mayat potong tujuh pada tahun 1980-an. Juga pada kerusuhan antaretnis di Kalimantan, maluku dan poso, sering dijumpai kasus mutilasi itu.
Penelusuran mengenai latar belakang perilaku pelaku mutilasi hingga pengambaran psikologis propil selain kasus mutilasi, kasus perkosaan juga hampir selalu mengisi berita dikoran-koran local maupun nasional.

Banyak kasus pemerkosaan terhadap anak pelakunya bebas karena pihak polisi tidak memiliki bukti cukup untuk menjerat si tersangka mengigat tidak adanya saksi, bukti atau pengakuan dari korban (Abdurrahman, 2009 ).
Seperti kasus pemerkosaan anak 9 tahun di jawa tengah yang diungkapkan oleh Abdurrahman, karena perihati akan sulitnya pembuktian tersangka pemerkosaaan, kapolres jawa tengah dan rekan psikolog yang peduli akan kasus tersebut menggunakan bukti psikologis untuk menjerat tersangka dengan cara membuat rekaman (Hidden Camera) ekspresi dan prilaku korban ketika dipertemukan (melalui one way mirror). Proses rekaman ini diawali dengan seorang laki-laki tersangka alternative yang dimasukan kedalam ruangan dan korban menunjukan ekspresi biasa-biasa diruangan sebelah. Selanjutnya tersangka utama dimasukan kedalam ruangan. Ketika melihat tersangka utama, korban menunjukan ekspresi takut dan menangis. Bukti psikologis ini berhasil menggiring pelaku ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan terbukti bersalah.

Melihat ilustrasi diatas, peran psikologi forensic dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus criminal yang menimpah masyarakat. Psikologi forensic dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban. Selainsebagai saksi ahli di pengadilan, fakar psikologi forensik juga dapat berperan sebagai konsultan di lembaga kepolisian bagi korban-korban kasus KDRT, korban pemerkosaan, atau kasus perwalian anak (Weiner&Hess,2006).
Selain itu peran psikologi forensik di lembaga pemasyarakatan tidak kalah pentingnya. Banyak kasus psikologi yang terjadi pada narapidana .

Demikian penomena Batu ponari cukup menggemparkan masyarakat Indonesia pada awal tahun ini. Ribuan orang dari berbagai pelosok tanah air memadati Dusun Kedungsari, Kabupaten Jombang tempat dukun Ponari berada. Dengan air celupan batu Ponari yang dianggap sakti banyak pasien yang dating berobat dan menyatakan dirinya sembuh.
Tentulah fenomena ini menarik perhatian para praktisi dan akademisi yang berkecimpung di dinia kesehatan termasuk diantaranya para pakar psikologi kesehatan.

B.4. Psikologi Sosial
Sebagai suatu negara dengan budaya yang beragam dan tersebar dalam beribu-ribu pulau, persoalan social yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia tentunya akan terus silih berganti berdatangan.Masih tak lekang dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu terjadi kerusuhan antar-etnis di Sampit, Ambon, dan Poso.

Demikian pulah peristiwa tragis yang terjadi di Sumatera Utara sendiri yakni peristiwa unjuk rasa yang menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap) yang berujung meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara. Dalam hal ini, ilmu psikologi khususnya psikologi social mempunyai peran yang besar untuk menjawab berbagai persoalan ini.Konflik antar budaya dapat dipahami dan diselesaikan dengan teori-teori seperti intergroup theory, peace theory, dan culture psychology.

Dalam menjawab persoalan-persoalan ini, psikologi social sangat memperhatikan aspek-aspek budaya dan kondisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat, serta hubungan didalam dan antar kelompok yang ada di masyarakat tersebut.Teori identitas social melihat bahwa individu cenderung untuk mencari identitas social yang positif dan meningkatkan identitas kelompoknya untuk membedakan dengan kelompok lain.

Etnosentrisme melihat bahwa hubungan antar kelompok umumnya terjadi karena kecendrungan kelompok memandang dirinya sebagai pusat dari segalanya, sehingga terjadi in group favoritism dan berkembangnya stereotype-streotipe tertentu terhadap kelompok lain.Kesimpulannya, persoalan social yang dihadapi bangsa Indonesia bisa dilihat dari kacamata psikologi social, begitupun upaya penanganannya dapat dilakukan melalui berbagai cabang ilmu psikologi social.

B.5. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Industri dan Organisasi sebagai salah satu kekhususan di bidang ilmu psikologi memiliki banyak peran di dalam masyarakat. Salah satunya mengenai kompetensi dibidang ketenaga kerjaan.Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sesuainya kompetensi yang dimiliki seseorang dengan pekerjaan yang digelutinya (Wrong man on the wrong place) yang efeknya bisa bermacam-macam (misalnya: perselisihan antara pekerja dengan pihak pemberi kerja, PHK, kecelakaan kerja, dan stress kerja).

Oleh sebab itu dibutuhkan suatu proses penilaian (assessmen) agar mendapatkan orang yang sesuai antara kompetensi yang dimiliki dengan pekerjaan yang digeluti (Right man on the Right place).Masih maraknya pemberitaan tentang nasib buruk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, ditengarai karena factor kompetensi TKI yang kurang memadai merupakan suatu bukti nyata betapa pentingnya kompetensi kerja seseorang.

Hal ini sesui dengan pernyataan oleh direktur BNP2TKI, Ir.Kustomo Usman, CES, MM, tentang TKI di Taiwan yang gagal berangkat dan sulit melakukan klaim asuransi karena minim pemahaman dan pengetahuan sehingga mudah dibohongi. Permasalahan TKI seharusnya seharusnya dapat dipecahkan bila kompetensi yang dimiliki seseorang TKI mampu membuatnya menjadi aman dan nyaman ketika berkerja diluar negeri.

Dengan kata lain, seorang TKI haruslah memiliki keterampilan (skill) yang cukup untuk menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi ketika ia berada diluar negeri baik Hard Skill maupun Soft Skill. Dalam hal ini kajian psikologi Industri dan Organisasi memiliki peran yang sangat pentingSelain permasalah TKI maka fenomena klasik yang kerap dialami manusia di dunia kerja adalah stress kerja. Penyebab stress kerja didalam organisasi bervariasi dan terkadang kompleks. Karyawan / pegawai yang sangat sibuk ataupun sebaliknya merasa bosan dapat menjadi stress.

Demikian pula karyawan / pegawai yang memiliki pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang dirasakan mengancam keselamatan jiwa atau psikologisnya, seperti pekerjaan dengan tingkat pengawasan den resiko yang tinggi terhadap sangkaan korupsi sebagaimana yang banyak terjadi pada pejabat public di Indonesia saat ini, sangat rentan terhadap stress.

B.6. Sumbaangan psikologi untuk pengembangan USU
Berikut saya akan menyampaikan hasil-hasil penelitian mahasiswa psikologi USU dibawah bimbingan para dosen mengenai tinjauan-tinjauan psikologi yang kiranya dapat menjadi masukan bagi pengembangan Universitas Sumatera Utara.

Fenomena yang akan diangkat yaitu mengenai culture shock mahasiswa asing yang berada di USU, deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU, dan gambaran sikap mahasiswa terhadap mata kuliah kewirausahaan.Pada saat ini terdapat sejumlah mahasiswa asing asal Malaysia yang menempu pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Tentu saja mereka menghadapi perbedaan-perbedaan kebiasaan dan budaya dengan budaya negara asalnya.

Menurut Gudykunst dan kim (2003)perbedaan budaya dapat menimbulkan keterkejutan dan tekanan yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas cultural, dan mengakibatkan kecemasan.Reaksi terhadap situasi yang diikuti rasa cemas dan stress itu disebut dengan culture shock. Hasil penelitian Frandawati (2009)mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan study di USU, menemukan bahwa para mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan culture shock tergolong sedang.

Hal ini berarti mereka mulai bisa menyesuaikan diri namun masih mengalami beberapa masalah adaptasi seperti merasa menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan masih kurang nyaman mahasiswi lebih tinggi bila dibandingkan culture shock pada mahasiswa, dan culture shock pada mahasiswa Malaysia bersuku Cina lebih tinggi dibandingkan dengan suku melayu dan India.

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi pimpinan fakultas / universitas untuk mengembangkan Program Orientasi Berbasis Psikologi Budaya bagi mahasiswa asing di USU agar dapat dengan segera mengatasi culture shock yang dialami, sehingga mereka dapat berproses lebih cepat untuk focus pada proses belajarnya.

Terkait dengan mata kuliah laboratorium psikologi social, mahasiswa psikologi USU juga telah melakukan penelitian untuk melihat bagaimana gambaran deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU terhadap adanya perbedaan fasilitas di tiap fakultas / program study.Deprivasi relative fraternalistik merupakan suatu keadaan dimana seseorang membandingkan keadaan kelompoknya (ingroup) dengan kelompok lain (outgroup) dan merasa bahwa apa yang mereka dapat kurang dari apa yang yang seharusnya atau pantas mereka dapat.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

MAKALAH PSIKOLOGI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU




DISUSUN
OLEH : KELOMPOK III
KETUA : GILANG PRATAMA
SEKRETARIS : RAHAYU
ANGGOTA : 1. DELFI OKTALIZA ALFA
2. GHUPIROLAHA
3. MUTHIA
4. NURHASANAH


STSIPOL CANDADIMUKA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, SWT berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Psikologi yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia”. Dengan dosen mata kuliah Bapak Nasir, S.Pd.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam menyusun makalah ini banyak terdapat kesalahan, jadi kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk dapat memperbaikinya di lain kesempatan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang dan dapat berguna di masa yang akan datang.
Demikianlah kami sampaikan pengantar ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat dimengerti dan dapat bermanfaat.



Palembang, 05 November 2009


Penyusun




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Pengertian Perilaku 4
BAB 2 FAKTOR MEMPENGARUHI PERILAKU
1. Faktor Keturunan 5
a) bentuk tubuh dan warna kulit 5
b) Sifat – sifat 5
c) Intergensi 6
d) Bakat 6
e) penyakit / bawaan 6
3. Faktor Lingkungan 7
a) Keluarga 7
b) Sekolah 7
c) Masyarakat 7
d) keadaan alam sekitar 7
BAB 3 FAKTOR GENETIK ATAU FAKTOR ENDOGEN
a) Jenis Ras 8
b) Jenis Kelamin 8
c) Sifat Fisik 8
d) Sifat Kepribadian 8
e) Bakat Pembawaan 8
f) Intelegensi 8





BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

BAB 2
FAKTOR MEMPENGARUHI PERILAKU

Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang
1. faktor keturunan/warisan
dibawa anak sejak dari kandungan ibunya terutama dari kedua orang tua dan selebihnya dari nenek moyangnya. Warisan yang terpenting adalah bentuk tubuh, raut wajah, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat, atau watak dan penyakit.
a. bentuk tubuh dan warna kulit
kalau ia keturunannya gemuk bagaimanapun susah hidupnya ia tetap saja menjadi gemuk, orang keriting, bagaimanapun usahanya meluruskan rambut akan menjadi keriting.
b. Sifat – sifat
Kikir, pemboros, hemat, penyabar, pemarah, hemat dsb. Sifat – sifat tersebut dibawa sejak lahir. Ada yang dapat diketahui dari balita dan adapula setelah dewasa. Misalnya sifat keras dapat dilihat dari anak yang berumur kurang dari 1 tahun, pemarah juga dapat diketahui setelah anak dapat bicara. Sifat atau tabiat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah sedangkan kebiasaan dapat diubah bila dilakukan dengan sungguh – sungguh. Sifat dan kebiasaan merupakan corak dari seorang atau suku bangsa. Misal sifat orang jawa, ramah, lucu dan kebiasaannya memakai kebaya.
Eduard Spranger, ahli jiwa bangsa Jerman, membagi watak manusia atas dasar nilai – nilai yang dianut oleh seseorang. Nilai – nilai itu ialah nilai ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, kesenian, dan agama. Berdasarkan kuat lemahnya nilai – nilai itu dalam diri seseorang.
E. membagi watak / kepribadian manusia menjadi 6 tipe manusia yaitu :
1. Manusia teori, orang – orang ini berpendapat ilmu pengetahuan paling penting berada diatas segala – galanya.
2. Manusia ekonomi, nilai yang paling penting bagi orang ini adalah uang.
3. Manusia sosial, bagi orang ini, sosial yang paling mempengaruhi jiwa raga, mereka memiliki sifat penolong.
4. Manusia Politik, Nilai yang terpenting bagi orang ini ialah politik. Sifat orang ini suka menguasai dan memerintah.
5. Manusia Seni, Jiwa orang ini selalu dipengaruhi oleh nilai – nilai kesenian. Sebagian besar waktunya dipergunakan untuk mengabdi kepada Kesenian (halus dan berperasaan.
6. Manusia Saleh, Orang ini pecinta nilai- nilai agama. Bai mereka lebih penting dalam hidup ini ialah mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan senantiasa memperhatikan ajaran – ajaran agama.
c. Intergensi
Kemampuan yang bersifat umum meliputi kemampuan psikis yang absrak, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dsb. Kemampuan umum ini dapat diketahui dengan mengadakan tes intergensi. IQ (Intergensi Quition).
d. Bakat
Adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus tersebut biasanya bentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu misal, music, nyanyi, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, keguruan,social, agama dsb. Seseorang biasanya memiliki satu atau lebih bakat tertentu tetapi ada juga yang tidak memiliki bakat sama sekali, artinya dfalam semua bidang – bidang ilmu dan keterampilan yang lemah. Bakat dapat ditunjang dengan pelatihan dan didukung dana memadai karena seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak lahir tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkannya maka bakat tersebut hanya akan terpendam.
e. penyakit / bawaan
beberapa penyakit atau cacat tubuh bias berasal dari keturunan seperti kebutaan, syaraf, luka yang sulit kering dsb. Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi perkembangan jasmani dan rohani anak.

2. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam perkembangan anak. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan anak kitu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a. Keluarga
Tempat anak diasuh dan dibesarkan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi dan tingkat kemampuan orang tua merawat anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani. Tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya perkembangan rohani anak terutama dalam hal kepribadian dan kemajuan pendidikan.
b. Sekolah
Pengaruhnya sangat besar dalam hal kecerdasan anak. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola piker dan kepribadian.
c. Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal anak tinggal, kondisi orang- orang yang tinggal di lingkungan tersebut juga mempengaruhi perkembangan jiwanya.
d. keadaan alam sekitar
Adalah lokasi tempat tinggal anak, seperti desa, kota, pantai, gunung, terpencil dsb.




BAB 3
FAKTOR GENERIK ATAU ENDOGEN

Factor generic atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk melanjutkan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Factor generic berasal dari dalam individu (endogen), antara lain :
a. Jenis Ras
Setiap ras di dunia mempunyai perilaku yang spesifik saling berbeda dengan yang lainnya.
Tiga ras terbesar, yaitu :
1) Ras Kulit Putih (Kaukasia)
Ciri fisik : warna kulit putih, bermata biru, berambut panjang.
Perilaku yang dominan : terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung HAM.
2) Ras Kulit Hitam (Negroid)
Ciri fisik : warna kulit hitam, bermata hitam, berambut keriting.
Perilaku yang dominan : ramah tamah, suka gotong-royong, tertutup dan senang upacara ritual.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berprilaku atas dasar pertimbangan akan dan rasional, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional. Perilaku pada pria disebut maskulin sedangkan perilaku wanita disebut feminim
c. Sifat Fisik
d. Sifat Kepribadian
e. Bakat Pembawaan

DAFTAR PUSTAKA



Pengantar Psikologi, Ferdy. A, S.Sos,MM
www.e-psikologi.com
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/

Belajar

TUGAS PSIKOLOGI BELAJAR
JURUSAN KOMUNIKASI PAGI
KELOMPOK : 2


NAMA ANGGOTA:
1. KARTA WIJAYA (01 09 069)
2. KOMARUDIN (01 09 056)
3. ERRY ARIANSYAH (01 09 057)
4. MAULANA YUSUF (01 09 031)
5. ELMI (01 09 030)







BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sifat mahasiwa
Sifat penting yang harus di miliki mahasiswa adalah meminta petunjuk kepada dosen yang mempunyai wawasan,dosen yang suka memberi nasihat,bijaksana,murah hati,dalam memberikan ilmunya dan sabar dalam menyampaikan ilmunya.
Seorang mahasiswa juga harus cinta pada ilmu dengan kecintaan mendalam untuk meraih kutaman – kutaman ilmu dan memperoleh manfaat darinya.
Dia juga harus membuat senang para dosen dan mengamalkan nasihatnya dan tidak menuntut ilmu dengan persaan ragu atau ingin di puji orang lain.
Sebab,jika orang ragu dengan ilmu,maka ia akan sia – sia dan tidak akan memperoleh manfaat.
Perasaan ragu adalah sikap yang rendah dan tidak akan melahirkan kemajuan.seorang mahasiswa juga harus mempelajari ilmu secara bertahap dari awal hingga akhir.barang siapa yang tidak memulai pelajaran dengan baik dan juga mengakhirinya dengan baik,maka ia tidak akan bisa konsentrasi atau melakukan sesuatu kekeliruan yang fatal sehingga termasuk dalam golongan orang – orang yang rela dengan tipu daya nafsunya dan merasa puas dengan tipuan inderanya.
Seorang mahasiswa juga tidak boleh mengenal lelah dalam menuntut ilmu dan senantiasa menggunakan kesempatan untuk mendapatkan ilmu.banyak orang membuang – buangkan waktunya dengan percuma dan menyia – nyiakan karunia yang dimilikinya.seorang mahasiswa juga tidak boleh meninggalkan pelajaran yang dianggapnya sulit karena hal itu merupakan perbuatan para pecundang.seorang mahasiswa juga harus banyak berdiskusi untuk memperoleh ilmu yang belum dia ketahui menjaga ilmu yang sudah diketahuinya,tidak berhenti mengasah otak dan kecerdasaannya,karena ketekunan kan memecahkan kesulitan dan menghancurkan rintangan.seorang mahasiswa juga tidak boleh mengalihkan perhatiannya dari menuntut ilmu karena banyaknya harta yang ia dapatkan tidak juga karena pengaruh kekuasaan dan jabatan yang tinggi.sebab,barang siapa yang memiliki kekuasaan maka ia justru akan banyak membutuhkan ilmu.seorang mahasiswa tidak boleh juga terhalangi oleh umur dan keterbatasan pengetahuannya untuk meningkatkan kedudukannya dengan cara menuntut ilmu di masa dewasanya dan tidak boleh terhalangi oleh urusan mencari nafkah.seorang mahasiswa juga harus menjadikan kepribadiaanya senantiasa dengan kemuliaan ilmu dan agama berusaha menulis setiap perkara yang ia dengar dengan melakukan pembahasan lebih mendalam lagi memutuskan hukumnya berdasarkan hokum sariah,hokum undang – undan dasar 1945.

2.2. Sifat mahasiswa dalam belajar
Seorang mahasiswa harus bekerja keras untuk menambah wawasannya,banyak membaca pelajarannya,tidak merasa bosan untuk menghafal dan menjaga hapalannya tidak lalai mencatat hal – hal yang penting disamping menghapalkannya.sebab,keraguan mudah terjadi dan lupa bisa dating tiba – tiba.senantiasa membahas pelajaran secara mendalam dan membina kekuatan pikirannya dalam berargumentasi bisa menumbuhkan kecintaan pada ilmu dalam dirinya hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang mahasiswa adalah ketekunan dan kesabaran,tidak plin plan dan cepat merasa bosan.setiap usaha yang dilakukan pasti memerlukan ketekunan,seperti orang yang memintal benang rintangan – rintangan yang menghadang hanya bisa disingkirkan dengan ketekunan.karena dunia adalah arena tempat segala keinginan berkompetensi dan tempat manusia berlomba merealisasikan keinginannya.barang siapa yang menjadi orang yang terdepan,maka ia akan mendapatkan kemenangan dan memperoleh kebahagiaan.kekuasaanya akan berada dipuncak.
Barang siapa tertinggal,masa kekuasaannya akan berada dibawah,dan akan hidup dalam kerendahan dan kehinaan.
Kemenangan akan bisa diraih dengan ketekunan dan jalan menuju keberhasilan hanya bisa di tempuh dengan usaha sungguh – sungguh.
Dituturkan dari kisah bahwa ia di Tanya,mana aknakmu yang paling kau cintai,ia menjawab ,anak yang paling kau cintai adalah anak yang paling bagus sifatnya/prilakunya. Paling mersa cemas dengan aibnya dan paling ingin mencapai keadaan yang lebih baik.
Sungguh indah ucapan seorang pemimpin zaman dalam menasihati anak saudara perempuannya ,engkau adalah anakku selama ilmu menjadi pegangganmu,kampus adalah tempatmu,tinta menjadi temanmu dan buku adalah sahabatmu,jika engkau bermalas – malasan,maka aku tidak akan menjagamu dan aku bukan pamanmu lagi,
Selamat tinggal
2.3. Definisi dan Contoh Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru. Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
1.Definisi belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Di samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu, walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1.Relatively permanent, yang secara umum menetap
2.Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.Reinforce, yang diperkuat
4.Practice, Praktek atau latihan
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.
2.Contoh Belajar
Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba memainkan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku “memutar” dan “meletakan” tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu.
Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna.
Sehubungan dengan contoh itu belajar dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.



2.4. Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap unsur pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tap pernah ada pendidikan sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang Berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikanpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam menguasai prose perubahan manusia itu.
Belajar memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persiapan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar.
Dalam perspektif keagamaanpun belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.
Seorang siswa yang menempuh proses belajar yang ideal yaitu ditandai munculnya pengalaman-pengalaman psikologi baru yang positif yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sikap, sifat dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan destruktif (merusak)
2.5. Belajar, Memori, Serta Pengetahuan Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama
1.Perspektif Psikologi
Menurut para ahli psikologi pendidikan khususnya yang tergolong cognitifist (ahli sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem Penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia
Dalam otak kita ada yang dinamakan skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Cultural skema untuk menafsirkan mitos dan kepercayaan adat dan seterusnya. Skema ini berada dalam sebuah kumpulan yang disebut schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan dalam sub sistem akal permanen manusia.
Menurut Best (1987) setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh sub sistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu di simpan sesaat atau Tepatnya lewat karena dalam waktu sepersekian detik yang disebut sensory memory alias sensory register yakni subsistem penyimpanan pada saraf indera penerima informasi dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan influsi ke otak.
Ragam Pengetahuan Dan Memory
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam, yakni; declarative knowledge dan procedural knowledge (Best, 1989, Anderson, 1990). Pengetahuan deklaratif dan prosedural proporsional ialah pengetahuan mengenai informasi factual yang pada umumnya berfsifat statis-nomatif dan dapat dijelaskan secara lisan isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan/lisan dengan demikian pengetahuan deklaratif adalah knowing that atau “mengetahui bawah”. Juga disebut state able concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan (Evans, 1991)
Sebaliknya pengetahuan prosedur adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Namun, pengetahuan didemonstrasikan dengan perbuatan nyata. Jadi, pengetahuan prosedural lazim disebut sebagai knowing how atau “mengetahui cara” melakukan sesuatu perbuatan pekerjaan dan tugas tertentu.
Selanjutnya ditinjau dari sudut sejenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri dari dua macam.
1.Semantic memory (memori semantic), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian
2.Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
2.Perspektif Agama
Islam menurut Dr. Yusuf Al Qadrawi (1984), adalah aqidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam Firman Allah SWT, “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan Kecuali Allah” (Surat Muhammad: 19)
a)Allah Berfirman, “….apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (Az-Zumar: 9)
b)Allah Berfirman, “Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui….” (Al-Isra:36)
c)Dalam Hadits Riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan hanya didapat melalui belajar….” (Qordhawi, 1989)
Ragam Alat Belajar
Ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan adalah sebagai berikut:
1.Indera penglihat (mata) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungan dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional
2.6. Teori-Teori Pokok Belajar
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang Berkaitan dengan peristiwa belajar. Di antara banyak teori yang berdasarkan eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni; Connectionism, classical conditioning dan operant conditioning.
1.Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874, 1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an, eksperimen Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dalam eksperimen kucing itu atau puzzle box kemudian dikenal dengan nama instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).
Berdasarkan eksperimen itu, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon, itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond theory” dan S-R psychology of learning”.
Thorndik mengemukakan tiga macam hukum yaitu:
1.Law of effect yaitu jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat, sebaliknya semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon semakin lemah pada hubungan stimulus dan respon tersebut. Hukum inilah yang mengilhami munculnya konsep reinforcer dalam teori operant conditioning hasil penemuan B.F. Skimer
2.Law of readiness (hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction units (satuan perantaraan).
3.Law of exercise (hukum latihan) ialah generalisasi atau law of use dan law of disuse. Menurut Hilqaret dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut. Akan semakin kuat (law of use) dan sebaliknya jika perilaku tadi tidak akan sering dilatih maka akan terlupakan atau menurun (law of discuses).

2.Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Povlo (1849-1936) seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909.
Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut 9terrace, 1973).
Dalam eksperimennya Pavlor menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioning stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan Unconditioned response (UCR).
CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari
CR adalah respon yang dipelajari itu sendiri
UCS adalah rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari
UCR adalah respon yang tidak dipelajari

3.Pembiasaan Perilaku Respon
Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) penciptanya bernama Burhus Fredic Skimer (lahir tahun 1904) seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema yang mewarnai karyanya adalah bahwa tingkah kaku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987)
Operant adalah sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap tingkah lingkungan yang dekat (Reber, 1988)
4.Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting bagi sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi. Pendidikan sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, linguistik, intelegensi buatan matematika, epistemology dan neuropsychological/ psikologi syaraf.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
2.7. Proses dan Fase Belajar
1.Definisi proses Belajar
Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
2.Fase-Fase dalam proses Belajar.
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase.
a.Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan.
a.Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.Storage (tahap penyimpanan informasi).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. kesimpulan
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan akan tetapi Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar, dengan kemampuan berubah itu manusia secara bebas dapat mengeksplorasikan, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Akibat Persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.
Meskipun ada dampak negatifnya dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar memiliki arti penting alasannya belajar berfungsi untuk mempertahankan kehidupan manusia artinya dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu dapat digunakan untuk membangun benteng petahanan.
Selanjutnya dalam persfektif Keagamaan belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajatnya meningkat seperti dijelaskan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya “……niscaya Allah akan meningkatkan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu”. Ilmu dalam hal ini harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan jaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
3.2. Saran
Bagi semua pembaca makalah ini semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua,dan apabila dalam pembuatan makalah ini ada kekurangan atau kesalahan kami mengharapkan masukan yang sifatnya membangun dari semua pembaca agar pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Jumat, 30 Oktober 2009

Sifat2 Kepribadian

TUGAS PSIKOLOGI STISIPOL CHANDRADIMUKA JUR.KOMUNIKASI KELAS PAGI

KELOMPOK 1 TENTANG PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

NAMA KELOMPOK:
1.ELIA INDAH LESTARI
2.ELLISIA
3.FEBRI HARDIYANI
4.HIBRIANI MARETA
5.SURYADI


MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG SIFAT-SIFAT KEPRIBADIAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN

A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

B. TEORI TIPOLOGI

1. Teori Hippocrates – Gelenus
Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460 – 370) berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :

- Sifat kering didukung oleh Cholc,
- Sifat basah didukung oleh Melannchole,
- Sifat dingin didukung oleh Phlegma, dan
- Sifat panas didukung oleh Sanguis.
Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.

2. Tipologi Mazhab dan Mazhab Perancis

a. Tipologi Mazhab Itali
Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan oleh DeGiovani,Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu :
(1) Microsplanchnis : ukuran-ukuran menegak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung.
(2) Macrosplanchnis : ukuran-ukuran mendatarnya relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan pendek gemuk.
(3) Normosplanchnis : ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan.

b. Tipologi Mazhab Perancis

Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Yaitu :

(1) Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2) Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.
(3) Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.
(4) Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosisl yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

3. Tipologi Kretschmer

a. Tipe-tipe manusia menurut keadaan jasmaninya
Kretschmer menggolong-golongkan atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat :
1. Tipe piknis:
Sifat-sifat khas tipe ini ialah :
- Badan agak pendek,
- Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar
- Leher pendek dan kuat
- Lengan dan kaki lemah
- Kepala agak “merosot” ke muka diantara keuda bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung kelihatan sedikit melengkung
- Banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata
Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun


2. Tipe Leptosom

Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung, sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- badan langsing/kurus, jangkung
- perut kecil, bahu sempit
- lengan dan kaki lurus
- tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas
- buka bulat telur
- berat relatif kurang
3. Tipe Atletis

Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar dalam perbandingan yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe piknis dan tipe leptoson. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- tulang-tulang serta otot dan kulit kuat
- badan kokoh dan tegap
- tinggi cukupan
- bahu lebar dan kuat
- perut kuat
- panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil
- tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak
- muka bulat telur, lebih pendek dari tipe lepsotom
4. Tipe Displatis

Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan itu, tidak dapat dimasukan ke dalam salah satu diantara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama. Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari kosntitusi normal.

b. Tipe-Tipe Manusia Menurut Temperamennya

1. Tipe schizothyme
Orang yang bertemperament schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup dengan dirinya sendiri


2. Tipe cyklothym
Orang yang bertemperament cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuain dengan para penderita manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka orang lain

c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani Dan Temperament
1. orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperament cyklothym, atau orang-orang yang bertemperament cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis
2. orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperament schizothyum, atau orang-orang yang bertemperament schizothym kebanyakan berkonstitusi leptosom, atau atletis atau displastis.

C. TEORI SHELDON

Sheldon menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai terdiri dari komponen-komponen.

a. Komponen Kejasmanian
(1) Komponeen-komponeen kejasmanian primer, yang terdiri dari
a. Endomorphy
Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh: lembut, gemuk, berat badan relatif kurang
b. Mesomorphy
Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponene yang lain lagi rendah; otot-otot dominant, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
c. Ectomorphy
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang yaitu; kulit, sistem syaraf, dengan ciri-cir: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
(2) Komponen kejasmanian sekunder, yang terdiri dari
a. Dysplasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukan setiap ketidak tepatan dan ketidak-lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh.
b. Gynandromorphy
Gynandromorphy itu menunjukan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.
c. Texture
Ialah komponen yang menunjukan bagaimana orang itu nampaknya keluar

(3) Komponen-Komponen Temperament
Komponen-komponen temperament ini terdiri pula atas tiga komponen yaitu:
a. Tipe viscerotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe viscerotonis itu ialah:
1. Sikap tidak tegang (relaxed)
2. suka akan hiburan
3. gemar makan-makan
4. besar kebutuhan akan resonansi orang lain
5. tidurnya nyenyak
6. bila mengadapi kesukaran membutuhkan orang lain
b. Tipe somatotonis
Sifat-sifat temperament somatotonis ini ialah:
1. sikapnya gagah
2. perkasa (energetic)
3. kebutuhan bergerak besar
4. suka terus terang
5. suara lantang
6. nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya
7. bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan
c. Tipe celebrotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:
1. sikapnya kurang gagah, ragu-ragu
2. reaksinya cepat
3. kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia)
4. kurang berani berbicara di depan orang banyak
5. kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur
6. suara kurang bebas
7. tidur kurang nyenyak (sukar)
8. nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya
9. kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

(4) Komponen-komponen psikiatris, yang terdiri atas:
a. Affective
Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif
b. Paranoid
Yaitu banyak angan-angan, fikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan.
c. Heboid
Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada schzoprenia (a sosial, anti sosial)

D. BEBERAPA TIPOLOGI YANG BERDASARKAN KEADAAN KEJIWAAN SEMATA-MATA
a. Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu:
1. fikiran (logos) yang berkedudukan di kepala
2. kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada
3. hasrat (epithumid) yang berkedudukan di perut

b. Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif.
1. Salah satu daya yang dominant
a) Tipe mediatif, atau intelektual, dimana daya kognitif dominan
b) Tipe emosional, di mana daya efektif dominant
c) Tipe aktif, daya konatif dominant
2. Dua daya dominant
a) Tipe mediatif emosional atau daya kognitif atau afektif dominant
b) Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominant
c) Tipe aktif-mediatif: daya konatif dan kognitif dominant
3. Ketiga daya itu ada dalam proporsi yang seimbang:
a) Tipe seimbang
b) Tipe amproph
c) Tipe aphatis
4. Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu:
a) Tipe tak stabil
b) Tipe tak teguh hati
c) Tipe kontraktroris
5. Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu:
a) Tipe hypochonolis
b) Tipe melancholis
c) Tipe hysteris

c. Tipologi Malapert
1. Tipe intelektual, yang terdiri atas:
a) Golongan analitis
b) Golongan reflektif
2. Tipe afektif, yang terdidi atas:
a) Golongan emosional
b) Golongan bernafsu
3. Tipe voulenter, yang terdiri atas:
a) Golongan tanpa kemauan
b) Golongan besar kemauan
4. Tipe aktif, yang terdiri atas:
a) Golongan tak aktif
b) Golongan aktif

d. Tipologi Heymans
1. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan.
2. Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran.
3. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan fikiran-fikirannya dalam tindakan yang spontan.
4. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat.
5. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak.

e. Tipologi Spranger
1. Dua macam rohk (Geist)
Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu:
a) Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individu)
b) Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabad-abad.
2. Hubungan antara rokh subjektif dan rokh abjektif
Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif sebagai norma.
3. Lapangan-lapangan hidup
Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu.
a) Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)
b) Lapangan ekonomi
c) Lapangan kesenian
d) Lapangan keagamaan
e) Lapangan kemasyarakatan
f) Lapanagan politik

BAB II
BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI
CARA PENDEKATAN LAIN

1. PSIKOANALISIS TEORI SIGMUND FREUD
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis
Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidak-enakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu:
a) refleks dan reaksi –rekasi otomastis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya
b) proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makan
2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari ke butuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
Das ueber Ich atau aspek sosiologis pribadi ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukan) dengan berbagai perintah larangan .

b. Dinamika kepribadian
Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu:
1. Instink-instink hidup
Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memeperpanjang ras.
2. instink-instink mati
instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini ialah dorongan agresif.

c. Perkembangan Kepribadian
Adapun sumber tegangan pokok ialah
1. proses pertumbuhan fisologis
2. frustasi
3. konflik
4. ancaman
Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang popular antara lain:
a) Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya.
b) Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
c) Regresi
Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya.
d) Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
e) Rasionalisai
Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidak-enakan.
f) Transkulpasi
Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya membuat kesalahan.

2. Psikologi Analitis, Teori carl Gustawjung
Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:
(a) Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
(b) Alam tak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.
a. Struktur kesadaran
1. Fungsi jiwa
Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu:
(a) Tipe pemikir
(b) Tipe perasa
(c) Tipe pendria
(d) Tipe intuitif
2. Sikap jiwa
Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
3. Persona
Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar.

b. Struktur ketidaksadaran
1. Ketidaksadaran pribadi
Yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya, pengalamannya pribadi.
2. Ketidaksadaran kolektif
Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.

3. Individual Psychologic Teori Alfred Adler

a. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.
b. Pandangan teleogis
Adler sangat terpengaruh oleh “filsaat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya atau pasangannya di dalam dunia realitas.
c. Dua dorongan pokok
1. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat
2. dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri
d. Rasa rendah diri dan kompensasi

4. Arti Individual Psychologie
Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.
1) Aliran ini menghendaki ditentukannya tujuan-tujuan yang susila, seperti
a. Keharusan memikul tanggung jawab
b. Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya
2) Optimisme dalam bidang pendidikan
Mengenai pengaruh pendidikan aliran ini berpandangan optimistis.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk itu penulis dapat menyimpulkan makalah ini sebgaai berikut:
1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik jasmani maupun spkiatris
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.

B. Daftar Pustaka

Allport, G.W. Personality: a Psychologycal Interpretation. New York . Henry Holt, 1937.
Adler, A. Understanding Human Nature (Terj. Beram Walfe) New. York : Permabook-Greenberg, 1949.
Brand, H. The Study of Personality. New York : John Wiley & Sons, 1954.
Hall, C.S. & Lindzey, G Theories of Personality New York: John Wiley & Sons, 1957
Jacobi, J. De Psychologie Van C.G. Jung (terj. : M. Drukker) Amsterdam-Antwerpen: Contact, 1951.
Janse de Jonge, A.L. Karakterkunde, Baarn: Bosch & Keuning, 1949.
Roback, A.A. The Psychology Of Character. London : Routledge & kegan Paul, 1952
Rumke, H.C. Inleading tot de Karakterkunde Haarlem : de Erven F. Bohn, 1951.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Human Physique: an introcdution to constitutional psychology, New york : Harper, 1942.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Temperament: a Psychology of Constutional Difference. New York : Harper, 1942.
Spranger, E. Lebensformen. Leipzig : 1925.
www.anakciremai.com/2008/05/makalah-psikologi-tentang-sifat-sifat.html

Sabtu, 03 Oktober 2009

SAP Bahasa Jurnalistik

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik
Semester/Kelas : V (Lima)/ Khusus-Reguler
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Jenjang : S1 (Strata 1)
Dosen : Muhamad Nasir, S.Pd
A. Dekripsi Mata Kuliah

Membahas bahasa Jurnalistik sebagai alat komunikasi dalam media massa, ruang lingkup bahasa jurnalistik, karakteristik bahasa jurnalistik, kata-kata mubazir dalam jurnalistik, pedoman pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan ciri media massa, latihan analisis karya-karya jurnalistik dilihat dari ejaan yang disempurnakan (EYD).
B.Pengalaman Belajar

Proses perkuliahan dikembangkan dalam bentuk komunikasi dua arah antara dosen mahasiswa melalui kegiatan ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelas. Guna menunjang pemahaman terhadap materi perkuliahan, mahasiswa di minta untuk mencari informasi terbaru, baik melalui buku teks, jurnal, artikel, maupun internet.

C. Evaluasi Hasil Belajar

Komponen evaluasi perkuliahan meliputi: nilai ujian tengah semester, ujian akhir semester, partisipasi kegiatan kelas, presensi, serta pembuatan dan penyajian makalah.

D. Pokok Bahasan Setiap Pertemuan

Pertemuan ke-1

Perkenalan dan penyampaian silabus: 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik, 2. Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik, 3. Posisi Bahasa Jurnalistik, 5. Penyimpangan Bahasa Jurnalistik, 6. Kebijakan Redaksional & Style Book, 7. Ujian Tengah Semester, 8. Karakteristik Bahasa Jurnalistik, 9. Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik, 10. Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea, 11. Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik, 12. Bahasa Jurnalistik Cetak/Online, 13. Bahasa Jurnalistik Radio/TV, 14. Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik.


Pertemuan ke-2

Pengertian Bahasa Jurnalistik
Membahas pengertian bahasa jurnalistik. Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (Language of Mass Communication, disebut pula News Paper Language).
Ciri Utama Bahasa Jurnalistik: Komunikatif artinya langsung ke pokok persoalan (straight to the point) dan spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri.

Pertemuan ke-3

Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik
Membahas alasan penggunaan bahasa jurnalistik. Ada tiga faktor: 1) Karena keterbatasan ruang dan waktu. Media dibatasi oleh kolom, sedangkan Online dibatasi oleh waktu. 2) Kepentingan pembaca. 3) Dalam rangka penyesuaian gaya bahasa, bahasanya mudah dimengerti oleh publik.

Pertemuan ke-4

Posisi Bahasa Jurnalistik
Membahas posisi bahasa jurnalistik. Secara umum posisi bahasa jurnalistik itu strategis.
Secara khusus, bahasa jurnalistik menjadi bahasa khusus sehingga bisa digunakan di segala bidang. Bahasa Jurnalistik bisa menjadi laboratorium bahasa juga referensi dalam hal penggunaan bahasa keseluruhan sehingga menjadi trend setter Bahasa jurnalistik subsistem dari Bahasa Indonesia.

Pertemuan ke-5

Penyimpangan Bahasa Jurnalistik
Membahas daftar 100 kata yang sering salah eja
Diantaranya: Aktif = aktip, aktivitas = aktifitas, analisis = analisa, apotek = apotik, izin = ijin, ijazah =, ijasah, foto = photo, imbau = himbau, indera = indraasas = azas dll.

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
1) Penyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israel Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
2) Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor ke Amerika. Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.
3) Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dan lain-lain. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bisa mengandung makna semakin banyak.
4) Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadwal, sinkron ditulis singkron, dll.
Meskipun bahasa jurnalistik itu disebut sebagai ragam tersendiri, tentu tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.


Pertemuan ke-6
Kebijakan Redaksional & Style Book

Pertemuan ke-7 Ujian Tengah Semester

Pertemuan ke-8

Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa.

Pertemuan ke-9

Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik
Beberapa prinsip dalam penggunaan bahasa jurnalistik:
1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5 W + 1 H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

3) Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

4) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5) Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.

Pertemuan ke-10

Pemakaian kata, kalimat, dan alinea. Membahas EYD dalam bahasa jurnalistik.

A. Penulisan huruf kapital
- Jabatan tidak di ikuti nama orang
- Huruf pertama nama bangsa
- Nama geografi sebagai nama jenis
- Setiap unsur bentuk ulang sempurna
- Penulisan kata depan dan kata sambung

B. Penulisan huruf miring
- Penulisan nama buku
- Penulisan penegasan kata
- Penulisan kata nama ilmiah

C.Penulisan kata turunan
- Gabungan kata dapat awalan dan akhiran
- Gabungan kata dalam kombinasi

D.Penulisan gabungan kata
- Penulisan gabungan kata istilah khusus
- Penulisan gabungan kata serangkai

E. Penulisan partikel
- Penulisan partikel pun
- Penulisan partikel per

F. Penulisan singkatan
- Penulisan singkatan 3 huruf
- Penulisan singkatan mata uang

G. Penulisan akronim
- Akronim nama diri
- Akronim bukan nama diri

H. Penulisan angka
Penulisan lambang bilangan
- Penulisan lambang bilangan satu dua kata
- Penulisan lambang bilangan awal kalimat
- Penulisan lambang bilangan utuh
- Penulisan lambang bilangan angka huruf

Pertemuan ke-11

Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik
Latihan membuat kalimat bahasa Jurnalistik seperti :
- Semakin menjadi makin
- Kurang lebih menjadi sekitar
- Kemudian menjadi lalu
- Andaikan menjadi andai
- Apabila menjadi jika

Pertemuan ke-12

Bahasa Jurnalistik Cetak/Online

Pertemuan ke-13
Bahasa Jurnalistik Radio/TV

Pertemuan ke-14

Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik

E. Alokasi: 14 kali pertemuan






F. Sumber:

Alamudi, Abdullah. 1991. Peranan Media Massa. Terjemahan dari The Role of Media. Jakarta: USIS.
Anwar, Rosihan. 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Anderson, Benedick ROG. 1966. Bahasa Politik Indonesia. Indonesia I, April : hal 89-116.

Asegaf, Dja’far H. 1982. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Prakti Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Oetama, Jacob. 1987. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Moehamad, Gunawan. 1997. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Tempo.
Sudaryanto. 1995. Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.

Tarigan, Djago dan Lilis Sulistyaningsih. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Palembang, 30 September 2009
Dosen Pengasuh,


Muhamad Nasir, S.Pd.