Jumat, 30 Oktober 2009

Sifat2 Kepribadian

TUGAS PSIKOLOGI STISIPOL CHANDRADIMUKA JUR.KOMUNIKASI KELAS PAGI

KELOMPOK 1 TENTANG PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

NAMA KELOMPOK:
1.ELIA INDAH LESTARI
2.ELLISIA
3.FEBRI HARDIYANI
4.HIBRIANI MARETA
5.SURYADI


MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG SIFAT-SIFAT KEPRIBADIAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN

A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

B. TEORI TIPOLOGI

1. Teori Hippocrates – Gelenus
Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460 – 370) berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :

- Sifat kering didukung oleh Cholc,
- Sifat basah didukung oleh Melannchole,
- Sifat dingin didukung oleh Phlegma, dan
- Sifat panas didukung oleh Sanguis.
Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.

2. Tipologi Mazhab dan Mazhab Perancis

a. Tipologi Mazhab Itali
Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan oleh DeGiovani,Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu :
(1) Microsplanchnis : ukuran-ukuran menegak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung.
(2) Macrosplanchnis : ukuran-ukuran mendatarnya relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan pendek gemuk.
(3) Normosplanchnis : ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan.

b. Tipologi Mazhab Perancis

Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Yaitu :

(1) Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2) Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.
(3) Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.
(4) Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosisl yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

3. Tipologi Kretschmer

a. Tipe-tipe manusia menurut keadaan jasmaninya
Kretschmer menggolong-golongkan atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat :
1. Tipe piknis:
Sifat-sifat khas tipe ini ialah :
- Badan agak pendek,
- Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar
- Leher pendek dan kuat
- Lengan dan kaki lemah
- Kepala agak “merosot” ke muka diantara keuda bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung kelihatan sedikit melengkung
- Banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata
Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun


2. Tipe Leptosom

Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung, sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- badan langsing/kurus, jangkung
- perut kecil, bahu sempit
- lengan dan kaki lurus
- tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas
- buka bulat telur
- berat relatif kurang
3. Tipe Atletis

Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar dalam perbandingan yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe piknis dan tipe leptoson. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- tulang-tulang serta otot dan kulit kuat
- badan kokoh dan tegap
- tinggi cukupan
- bahu lebar dan kuat
- perut kuat
- panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil
- tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak
- muka bulat telur, lebih pendek dari tipe lepsotom
4. Tipe Displatis

Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan itu, tidak dapat dimasukan ke dalam salah satu diantara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama. Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari kosntitusi normal.

b. Tipe-Tipe Manusia Menurut Temperamennya

1. Tipe schizothyme
Orang yang bertemperament schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup dengan dirinya sendiri


2. Tipe cyklothym
Orang yang bertemperament cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuain dengan para penderita manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka orang lain

c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani Dan Temperament
1. orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperament cyklothym, atau orang-orang yang bertemperament cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis
2. orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperament schizothyum, atau orang-orang yang bertemperament schizothym kebanyakan berkonstitusi leptosom, atau atletis atau displastis.

C. TEORI SHELDON

Sheldon menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai terdiri dari komponen-komponen.

a. Komponen Kejasmanian
(1) Komponeen-komponeen kejasmanian primer, yang terdiri dari
a. Endomorphy
Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh: lembut, gemuk, berat badan relatif kurang
b. Mesomorphy
Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponene yang lain lagi rendah; otot-otot dominant, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
c. Ectomorphy
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang yaitu; kulit, sistem syaraf, dengan ciri-cir: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
(2) Komponen kejasmanian sekunder, yang terdiri dari
a. Dysplasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukan setiap ketidak tepatan dan ketidak-lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh.
b. Gynandromorphy
Gynandromorphy itu menunjukan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.
c. Texture
Ialah komponen yang menunjukan bagaimana orang itu nampaknya keluar

(3) Komponen-Komponen Temperament
Komponen-komponen temperament ini terdiri pula atas tiga komponen yaitu:
a. Tipe viscerotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe viscerotonis itu ialah:
1. Sikap tidak tegang (relaxed)
2. suka akan hiburan
3. gemar makan-makan
4. besar kebutuhan akan resonansi orang lain
5. tidurnya nyenyak
6. bila mengadapi kesukaran membutuhkan orang lain
b. Tipe somatotonis
Sifat-sifat temperament somatotonis ini ialah:
1. sikapnya gagah
2. perkasa (energetic)
3. kebutuhan bergerak besar
4. suka terus terang
5. suara lantang
6. nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya
7. bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan
c. Tipe celebrotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:
1. sikapnya kurang gagah, ragu-ragu
2. reaksinya cepat
3. kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia)
4. kurang berani berbicara di depan orang banyak
5. kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur
6. suara kurang bebas
7. tidur kurang nyenyak (sukar)
8. nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya
9. kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

(4) Komponen-komponen psikiatris, yang terdiri atas:
a. Affective
Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif
b. Paranoid
Yaitu banyak angan-angan, fikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan.
c. Heboid
Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada schzoprenia (a sosial, anti sosial)

D. BEBERAPA TIPOLOGI YANG BERDASARKAN KEADAAN KEJIWAAN SEMATA-MATA
a. Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu:
1. fikiran (logos) yang berkedudukan di kepala
2. kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada
3. hasrat (epithumid) yang berkedudukan di perut

b. Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif.
1. Salah satu daya yang dominant
a) Tipe mediatif, atau intelektual, dimana daya kognitif dominan
b) Tipe emosional, di mana daya efektif dominant
c) Tipe aktif, daya konatif dominant
2. Dua daya dominant
a) Tipe mediatif emosional atau daya kognitif atau afektif dominant
b) Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominant
c) Tipe aktif-mediatif: daya konatif dan kognitif dominant
3. Ketiga daya itu ada dalam proporsi yang seimbang:
a) Tipe seimbang
b) Tipe amproph
c) Tipe aphatis
4. Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu:
a) Tipe tak stabil
b) Tipe tak teguh hati
c) Tipe kontraktroris
5. Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu:
a) Tipe hypochonolis
b) Tipe melancholis
c) Tipe hysteris

c. Tipologi Malapert
1. Tipe intelektual, yang terdiri atas:
a) Golongan analitis
b) Golongan reflektif
2. Tipe afektif, yang terdidi atas:
a) Golongan emosional
b) Golongan bernafsu
3. Tipe voulenter, yang terdiri atas:
a) Golongan tanpa kemauan
b) Golongan besar kemauan
4. Tipe aktif, yang terdiri atas:
a) Golongan tak aktif
b) Golongan aktif

d. Tipologi Heymans
1. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan.
2. Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran.
3. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan fikiran-fikirannya dalam tindakan yang spontan.
4. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat.
5. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak.

e. Tipologi Spranger
1. Dua macam rohk (Geist)
Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu:
a) Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individu)
b) Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabad-abad.
2. Hubungan antara rokh subjektif dan rokh abjektif
Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif sebagai norma.
3. Lapangan-lapangan hidup
Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu.
a) Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)
b) Lapangan ekonomi
c) Lapangan kesenian
d) Lapangan keagamaan
e) Lapangan kemasyarakatan
f) Lapanagan politik

BAB II
BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI
CARA PENDEKATAN LAIN

1. PSIKOANALISIS TEORI SIGMUND FREUD
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis
Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidak-enakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu:
a) refleks dan reaksi –rekasi otomastis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya
b) proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makan
2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari ke butuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
Das ueber Ich atau aspek sosiologis pribadi ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukan) dengan berbagai perintah larangan .

b. Dinamika kepribadian
Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu:
1. Instink-instink hidup
Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memeperpanjang ras.
2. instink-instink mati
instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini ialah dorongan agresif.

c. Perkembangan Kepribadian
Adapun sumber tegangan pokok ialah
1. proses pertumbuhan fisologis
2. frustasi
3. konflik
4. ancaman
Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang popular antara lain:
a) Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya.
b) Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
c) Regresi
Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya.
d) Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
e) Rasionalisai
Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidak-enakan.
f) Transkulpasi
Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya membuat kesalahan.

2. Psikologi Analitis, Teori carl Gustawjung
Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:
(a) Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
(b) Alam tak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.
a. Struktur kesadaran
1. Fungsi jiwa
Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu:
(a) Tipe pemikir
(b) Tipe perasa
(c) Tipe pendria
(d) Tipe intuitif
2. Sikap jiwa
Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
3. Persona
Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar.

b. Struktur ketidaksadaran
1. Ketidaksadaran pribadi
Yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya, pengalamannya pribadi.
2. Ketidaksadaran kolektif
Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.

3. Individual Psychologic Teori Alfred Adler

a. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.
b. Pandangan teleogis
Adler sangat terpengaruh oleh “filsaat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya atau pasangannya di dalam dunia realitas.
c. Dua dorongan pokok
1. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat
2. dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri
d. Rasa rendah diri dan kompensasi

4. Arti Individual Psychologie
Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.
1) Aliran ini menghendaki ditentukannya tujuan-tujuan yang susila, seperti
a. Keharusan memikul tanggung jawab
b. Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya
2) Optimisme dalam bidang pendidikan
Mengenai pengaruh pendidikan aliran ini berpandangan optimistis.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk itu penulis dapat menyimpulkan makalah ini sebgaai berikut:
1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik jasmani maupun spkiatris
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.

B. Daftar Pustaka

Allport, G.W. Personality: a Psychologycal Interpretation. New York . Henry Holt, 1937.
Adler, A. Understanding Human Nature (Terj. Beram Walfe) New. York : Permabook-Greenberg, 1949.
Brand, H. The Study of Personality. New York : John Wiley & Sons, 1954.
Hall, C.S. & Lindzey, G Theories of Personality New York: John Wiley & Sons, 1957
Jacobi, J. De Psychologie Van C.G. Jung (terj. : M. Drukker) Amsterdam-Antwerpen: Contact, 1951.
Janse de Jonge, A.L. Karakterkunde, Baarn: Bosch & Keuning, 1949.
Roback, A.A. The Psychology Of Character. London : Routledge & kegan Paul, 1952
Rumke, H.C. Inleading tot de Karakterkunde Haarlem : de Erven F. Bohn, 1951.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Human Physique: an introcdution to constitutional psychology, New york : Harper, 1942.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Temperament: a Psychology of Constutional Difference. New York : Harper, 1942.
Spranger, E. Lebensformen. Leipzig : 1925.
www.anakciremai.com/2008/05/makalah-psikologi-tentang-sifat-sifat.html

Sabtu, 03 Oktober 2009

SAP Bahasa Jurnalistik

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik
Semester/Kelas : V (Lima)/ Khusus-Reguler
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Jenjang : S1 (Strata 1)
Dosen : Muhamad Nasir, S.Pd
A. Dekripsi Mata Kuliah

Membahas bahasa Jurnalistik sebagai alat komunikasi dalam media massa, ruang lingkup bahasa jurnalistik, karakteristik bahasa jurnalistik, kata-kata mubazir dalam jurnalistik, pedoman pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan ciri media massa, latihan analisis karya-karya jurnalistik dilihat dari ejaan yang disempurnakan (EYD).
B.Pengalaman Belajar

Proses perkuliahan dikembangkan dalam bentuk komunikasi dua arah antara dosen mahasiswa melalui kegiatan ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelas. Guna menunjang pemahaman terhadap materi perkuliahan, mahasiswa di minta untuk mencari informasi terbaru, baik melalui buku teks, jurnal, artikel, maupun internet.

C. Evaluasi Hasil Belajar

Komponen evaluasi perkuliahan meliputi: nilai ujian tengah semester, ujian akhir semester, partisipasi kegiatan kelas, presensi, serta pembuatan dan penyajian makalah.

D. Pokok Bahasan Setiap Pertemuan

Pertemuan ke-1

Perkenalan dan penyampaian silabus: 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik, 2. Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik, 3. Posisi Bahasa Jurnalistik, 5. Penyimpangan Bahasa Jurnalistik, 6. Kebijakan Redaksional & Style Book, 7. Ujian Tengah Semester, 8. Karakteristik Bahasa Jurnalistik, 9. Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik, 10. Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea, 11. Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik, 12. Bahasa Jurnalistik Cetak/Online, 13. Bahasa Jurnalistik Radio/TV, 14. Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik.


Pertemuan ke-2

Pengertian Bahasa Jurnalistik
Membahas pengertian bahasa jurnalistik. Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (Language of Mass Communication, disebut pula News Paper Language).
Ciri Utama Bahasa Jurnalistik: Komunikatif artinya langsung ke pokok persoalan (straight to the point) dan spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri.

Pertemuan ke-3

Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik
Membahas alasan penggunaan bahasa jurnalistik. Ada tiga faktor: 1) Karena keterbatasan ruang dan waktu. Media dibatasi oleh kolom, sedangkan Online dibatasi oleh waktu. 2) Kepentingan pembaca. 3) Dalam rangka penyesuaian gaya bahasa, bahasanya mudah dimengerti oleh publik.

Pertemuan ke-4

Posisi Bahasa Jurnalistik
Membahas posisi bahasa jurnalistik. Secara umum posisi bahasa jurnalistik itu strategis.
Secara khusus, bahasa jurnalistik menjadi bahasa khusus sehingga bisa digunakan di segala bidang. Bahasa Jurnalistik bisa menjadi laboratorium bahasa juga referensi dalam hal penggunaan bahasa keseluruhan sehingga menjadi trend setter Bahasa jurnalistik subsistem dari Bahasa Indonesia.

Pertemuan ke-5

Penyimpangan Bahasa Jurnalistik
Membahas daftar 100 kata yang sering salah eja
Diantaranya: Aktif = aktip, aktivitas = aktifitas, analisis = analisa, apotek = apotik, izin = ijin, ijazah =, ijasah, foto = photo, imbau = himbau, indera = indraasas = azas dll.

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
1) Penyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israel Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
2) Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor ke Amerika. Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.
3) Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dan lain-lain. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bisa mengandung makna semakin banyak.
4) Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadwal, sinkron ditulis singkron, dll.
Meskipun bahasa jurnalistik itu disebut sebagai ragam tersendiri, tentu tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.


Pertemuan ke-6
Kebijakan Redaksional & Style Book

Pertemuan ke-7 Ujian Tengah Semester

Pertemuan ke-8

Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa.

Pertemuan ke-9

Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik
Beberapa prinsip dalam penggunaan bahasa jurnalistik:
1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5 W + 1 H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

3) Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

4) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5) Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.

Pertemuan ke-10

Pemakaian kata, kalimat, dan alinea. Membahas EYD dalam bahasa jurnalistik.

A. Penulisan huruf kapital
- Jabatan tidak di ikuti nama orang
- Huruf pertama nama bangsa
- Nama geografi sebagai nama jenis
- Setiap unsur bentuk ulang sempurna
- Penulisan kata depan dan kata sambung

B. Penulisan huruf miring
- Penulisan nama buku
- Penulisan penegasan kata
- Penulisan kata nama ilmiah

C.Penulisan kata turunan
- Gabungan kata dapat awalan dan akhiran
- Gabungan kata dalam kombinasi

D.Penulisan gabungan kata
- Penulisan gabungan kata istilah khusus
- Penulisan gabungan kata serangkai

E. Penulisan partikel
- Penulisan partikel pun
- Penulisan partikel per

F. Penulisan singkatan
- Penulisan singkatan 3 huruf
- Penulisan singkatan mata uang

G. Penulisan akronim
- Akronim nama diri
- Akronim bukan nama diri

H. Penulisan angka
Penulisan lambang bilangan
- Penulisan lambang bilangan satu dua kata
- Penulisan lambang bilangan awal kalimat
- Penulisan lambang bilangan utuh
- Penulisan lambang bilangan angka huruf

Pertemuan ke-11

Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik
Latihan membuat kalimat bahasa Jurnalistik seperti :
- Semakin menjadi makin
- Kurang lebih menjadi sekitar
- Kemudian menjadi lalu
- Andaikan menjadi andai
- Apabila menjadi jika

Pertemuan ke-12

Bahasa Jurnalistik Cetak/Online

Pertemuan ke-13
Bahasa Jurnalistik Radio/TV

Pertemuan ke-14

Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik

E. Alokasi: 14 kali pertemuan






F. Sumber:

Alamudi, Abdullah. 1991. Peranan Media Massa. Terjemahan dari The Role of Media. Jakarta: USIS.
Anwar, Rosihan. 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Anderson, Benedick ROG. 1966. Bahasa Politik Indonesia. Indonesia I, April : hal 89-116.

Asegaf, Dja’far H. 1982. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Prakti Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Oetama, Jacob. 1987. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Moehamad, Gunawan. 1997. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Tempo.
Sudaryanto. 1995. Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.

Tarigan, Djago dan Lilis Sulistyaningsih. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Palembang, 30 September 2009
Dosen Pengasuh,


Muhamad Nasir, S.Pd.

SAP Pengantar Psikologi

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang


Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Mata Kuliah : Pengantar Psikologi
Semester : 1 (Satu)
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Jenjang : S1 (Strata 1)
Dosen : Muhamad Nasir, S.Pd

A.Dekripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini menyajikan pembahasan tentang analisis psikologi terhadap kemampuan dasar manusia, dinamika perilaku individu, konsep perkembangan, konsep kepribadian, konsep belajar, serta aplikasinya dalam memahami tingkah laku individu.

B.Pengalaman Belajar

Proses perkuliahan dikembangkan dalam bentuk komunikasi dua arah antara dosen mahasiswa melalui kegiatan ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelas. Guna menunjang pemahaman terhadap materi perkuliahan, mahasiswa di minta untuk mencari informasi terbaru, baik melalui buku teks, jurnal, artikel, maupun internet.

C. Evaluasi Hasil Belajar

Komponen evaluasi perkuliahan meliputi: nilai ujian tengah semester, ujian akhir semester, partisipasi kegiatan kelas, presensi, serta pembuatan dan penyajian makalah.

D. Pokok Bahasan Setiap Pertemuan

Pertemuan ke-1

Orientasi perkuliahan dan perkenalan. Kegiatan ini berisi diskusi tentang tujuan, ruang lingkup, prosedur perkuliahan, sistem penugasan, sistem penilaian, dan dalam batas tertentu mengakomo-dasi masukan dari mahasiswa untuk perbaikan silabus.

Pertemuan ke-2.

Konsep dasar psikologi dan perilaku, (a) pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche dan logos. Psyche berarti jiwa, sukma, dan roh, sedangkan logos berati ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodworth dan Marquis mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual activities in relation to environment” Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530, (b) Psikologi sebagai ilmu, istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878 (yang dipelopori oleh J.B.Watson) sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena ilmu pengetahuan menghendaki objek dapat diamati, dicatat, dan diukur; jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanya¬lah salah satu aspek kehidupan individu.

Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut: 1) secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, 2) memiliki struktur keilmuan yang jelas, 3) memiliki objek formal dan material, 4) menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, sejarah kasus (case history), pengetesan dan pengukuran (testing and measurement), 5) memiliki terminilogi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian, 6) dan dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.

Pertemuan ke-3

Kaitan psikologi dengan ilmu lain, psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi, antropologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang digunakan. Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu), psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dan proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang optimal.

Pertemuan ke-4

Konsep dasar perilaku: a) pengertian perilaku, perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. b) pandangan tentang perilaku, ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu: (1) pendekatan neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara perilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan saraf) karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem saraf, (2) pendekatan behavioristik, pendekatan ini menitikberatkan pada perilaku yang nampak, perilaku dapat dibentuk dengan pembiasan dan pengu¬kuhan melalui pengkondisian stimulus, (3) pendekatan kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku yang baru, (4) pandangan psiko¬analisis, menurut pandangan ini perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak disadari, (5) pandangan humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh aspek internal individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada lingkungan.

Pertemuan ke-5

Jenis-jenis perilaku individu, a) perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf, b) perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif, c) perilaku tampak dan tidak tampak, d) perilaku sederhana dan kompleks, e) perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. Mekanisme perilaku, (1) dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah:

W ------ S ------ r ------ O ------ e ------ R ------W

Keterangan : W = world (lingkungan) e = effector
S = stimulus R = respon
r = receptor W = lingkungan
O = organisme
(2) dalam pandangan humanistik, perilaku merupakan siklus dari: (i) dorongan timbul, (ii) aktivitas dilakukan, (iii) tujuan dihayati, (iv) kebutuhan terpenuhi/rasa puas.

Pertemuan ke-6

Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
a) Pengamatan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), pembau (hidung), dan perabaan (kulit, termasuk otot).

b) Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum persepsi terkait dengan dimensi ruang dan waktu, terstruktur, menye¬luruh, dan penuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian selek¬tif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta penga¬laman.

c) Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Berpikir ber¬tujuan untuk mem¬bentuk pengertian, mem¬bentuk pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Jenis berpikir ada dua, yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.

Pertemuan ke-7: Ujian Tengah Semester

Pertemuan ke-8

Lanjutan dinamika perilaku individu, d) Inteligensi, dapat diartikan sebagai (i) kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir rasional, (ii) kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, (iii) kemampuan memecahkan simbol-simbol tertentu. Inteligensi tidak sama dengan IQ karena IQ hanya rasio yang diperoleh dengan menggunakan tes tertentu yang tidak atau belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang lebih kompleks. Teori tentang inteligensi diantaranya G-Theory (general theory) dan S-Theory (specific theory). Inteligensi dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. e) Sikap (Attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang mem¬pengaruhi terbentukanya sikap adalah penga¬laman khusus, komunikasi dengan orang lain, adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan.

Pertemuan ke-9

Konsep dasar motif dan motivasi, a) Motif (motive) adalah keadaan kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilaku pada satu tujuan atau insentif, atau faktor penggerak perilaku, atau konstruk teoritik ten¬tang terjadinya perilaku. Motif dapat dikelompokkan menjadi primer (dorongan fisiologis, dorongan umum) dan sekunder. Woodwort dan Marquis me¬nge¬lompokkan motif menjadi tiga, yaitu motif organis, motif darurat, dan motif obyektif. Indikator motif terdiri atas: durasi, frekuensi, persistensi, devosi, ketabahan, aspirasi, kualifikasi prestasi, dan sikap. Upaya untuk meningkatkan motivasi diantaranya menciptakan situasi kompetisi yang sehat, membuat tujuan antara, menginformasikan tujuan dengan jelas, memberikan ganjaran, dan tersedianya kesempatan untuk sukses.

b) Konflik (conflict), terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling bertentangan sehingga individu berada dalam situasi petentangan batin, kebingungan, dan keragu-raguan. Jenis konflik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) approach-approach conflict, (2) avoidance-avoidance conflict, dan (3) approach-avoidance conflict.

c) Frustrasi (frustration) adalah suatu keadaan kecewa dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau tujuan. Sumber frustrasi menurut Sarlito Wirawan adalah lingkungan, pribadi, dan frustrasi konflik. Bentuk reaksi individu terhadap frustrasi adalah marah, bertindak secara ekplosif, introversi, merasa tidak berdaya, regresi, fiksasi, represi, pembentukan reaksi, rasionalisasi, proyeksi, kompensasi, dan sublimasi.

Pertemuan ke-10

Konsep perkembangan individu, a) perkembangan (development) adalah proses perubahan yang dialamai individu menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, berkesinambungan, integratif baik fisik maupun mental; b) pertumbuhan (growth) adalah perubahan secara kuantitatif pada aspek jasmani yang terkait dengan perubahan ukuran; c) kematangan (maturity) adalah titik kulminasi dari suatu fase dan sebagai titik tolak dari kesiapan aspek tertentu men¬jalankan fungsinya.



Pertemuan ke-11

Lanjutan konsep dasar perkembangan individu, a) perkembangan merupakan hasil pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Perkembangan menganut prinsip-prinsip berikut ini. 1) perkembangan berlangsung se¬pan¬jang hayat, 2) ada perbedaan irama dan tempo perkembangan, 3) dalam batas tertentu perkembangan dapat dipercepat, 4) perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, dan kematangan, 5) untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria, 6) individu yang normal mengalami semua fase perkembangan.

b) Fase perkembangan secara umum adalah 1) masa prenatal, 2) masa bayi, 3) masa anak, 4) masa remaja, 5) masa dewasa, dan 6) masa tua.

c) Aspek perkembangan terdiri dari perkembangan kognitif, sosial, bahasa, moral, emosi, fisik, dan penghayatan keagamaan.

Pertemuan ke-12

Konsep dasar kepribadian, a) pengertian kepribadian, istilah ke¬pribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti topeng. Menurut Gordon W Allport “personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment”,
b) Faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah pembawaan dan pengalaman (umum dan khusus).

Pertemuan ke-13

Lanjutan konsep dasar kepribadian, a) meskipun kepribadian itu unik tetapi ada beberapa ahli yang berusaha menggolongkan kepribadian, misalnya Hipocrates dan Gelanus yang membagi tipologi kepribadian menjadi empat tipe yaitu: 1) kholeris, 2) melankolis, 3) plagmatis, dan sanguinis. Kretschmer meninjau tipologi kepribadian berdasarkan segi konstitusi dan temparamen. Berdasarkan konstitusi jasmani manusia digolongkan menjadi tipe piknis, leptosom, atletis dan displatis. Sedangkan berdasarkan temperamen kejiwaan, manusia digolongkan menjadi schizophrenia dan depresif. Berdasarkan orientasi nilai, Spranger mengemukakan enam tipologi manusia, yaitu tipe teoritik, ekonomi, estetis, agama, moral, dan kekuasaan.

b) Pengukuran kepribadian dapat ditempuh dengan cara observasi, inventori, dan teknik proyektif.

Pertemuan ke-14

Konsep dasar belajar, a) Pengertian belajar, Cronbach mengartikan “learning is shown by an change individual behaviour as a result of experiences”. Belajar juga dapat diartikan sebagai “proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah aktif, positif, dan berorientasi tujuan.

b) Prinsip-prinsip belajar, beberapa perinsip belajar adalah 1) memiliki tujuan dan disadari, 2) adanya penerimaan informasi, 3) terjadinya proses internalisasi, dan 4) perubahan bersifat relatif permanent.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, faktor di luar individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor non-sosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor dalam diri individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor fisiologis dan psikologis.

E. Alokasi: 14 kali pertemuan

F. Sumber: Daftar Literatur

Dember, William N., et al. 1984. General Pychology. Ney Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Teori Kepribadian. Bandung: Publikasi PPB FIP UPI.

Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Psikologi. Bandung: Publikasi PPB FIP UPI.

Makmun, Abin S. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda¬karya.

Dimyati. 1990. Psikologi, suatu pengantar. Yogyakarta: FIP IKIP.

Suryabrata, Sumadi. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta: CV. Rajawali.

Walgito, Bimo. 1982. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Fak Psikologi UGM.

Faisal, Sanapiah., dan Mapiare, Andi. 1989. Dimensi-Dimensi Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Indonesia: Ghalia.

Palembang, 30 September 2009

Dosen Pengasuh,



Muhamad Nasir, S.Pd

Sinar Harapan

http://www.sinarharapan.co.id/about-sinarharapancom/

LINTAS SEJARAH SINAR HARAPAN
Sinar Harapan terbit perdana pada tanggal 27 April 1961. Tokoh – tokoh yang terlibat dalam upaya pendirian Sinar Harapan adalah : Dr. Komang Makes; Lengkong; Ds. Roesman Moeljodwiatmoko; Simon Toreh; Prof. Dr. Soedarmo; J.B. Andries; Dr. J. Leimena; Supardi; Ds. Soesilo; Ds. Saroempaet; Soehardhi; Ds.S. Marantika; Darius Marpaung; Prof. Ds. J.L.Ch. Abineno; J.C.T. Simorangkir SH; Ds. W.J. Rumambi; H.G. Rorimpandey; Sahelangi; A.R.S.D. Ratulangi; Dra. Ny. B. Simorangkir
Pada awal pendirian, H.G. Rorimpandey dipercaya sebagai Pemimpin Umum, sedangkan Ketua Dewan Direksi adalah J.C.T Simorangkir dan Pelaksana Harian adalah Soehardhi.
Pada awalnya (27 April 1961), oplah Sinar Harapan hanya sekitar 7.500 eksemplar. Namun pada akhir tahun 1961, oplahnya melonjak menjadi 25.000 eksemplar. Seiring dengan perkembangan waktu, Sinar Harapan terus berkembang menjadi koran nasional terkemuka serta dikenal sebagai “raja koran sore”. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1985 Sinar Harapan telah terbit dengan oplah sekitar 250.000 eksemplar. Jumlah karyawan yang semula (tahun 1961) sekitar 28 orang telah membengkak menjadi sekitar 451 orang (tahun 1986).
Berbagai penghargaan telah diterima Sinar Harapan. Penghargaan tersebut antara lain Sinar Harapan mendapatkan tropi Adinegoro dari PWI pada tahun 1975, 1976 dan 1979 untuk penulisan terbaik, yaitu untuk wartawan Subekti, Panda Nababan dan Yuyu A.N Mandagie. Tahun 1976 Tajuk Rencana Sinar Harapan mendapat penghargaan Kalam Kencana dari Departemen Penerangan. Tahun 1982, Bernadus Sendouw meraih tropi Adinegoro bidang foto. Tahun 1983 memborong 5 tropi Adinegoro bidang P4 (Suryanto Kodrat), karikatur (Pramono), foto (Indra Rondonuwu), luar negeri (Samuel Pardede) dan Tajuk Rencana. Tahun 1984 meraih 2 tropi Adinegoro untuk Tajuk Rencana dan karikatur (Pramono). Tahun 1985 meraih 4 tropi Adinegoro, yaitu 2 buah untuk foto (Tinnes Sanger dan Bernadus Sendouw), dan 2 buah untuk karikatur (Pramono dan Thomas Lionar). Tahun 1986 Sinar Harapan meraih juara I sebagai surat kabar Ibukota yang unggul dalam pemberitaan mengenai pembangunan DKI Jakarta bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan selama tahun 1985.
Motto Sinar Harapan adalah “Memperjuangkan Kemerdekaan dan Keadilan, Kebenaran dan Perdamaian berdasarkan Kasih” yang dijalankan secara konsisten oleh pengelola Sinar Harapan. Konsekuensi dari konsistensi jajaran Sinar Harapan menjalankan motto, maka Sinar Harapan harus mengalami beberapa kali pembredelan oleh pemerintah.
Pada tanggal 2 Oktober 1965, Sinar Harapan dibreidel supaya peristiwa G 30 S-PKI tidak diekspos secara bebas oleh media. Hanya media-media tertentu saja yang boleh terbit. Pada tanggal 8 Oktober 1965 Sinar Harapan diperbolehkan kembali terbit. Pada bulan Juli 1970 pemerintah Orba menyorot pemberitaan Sinar Harapan yang mengekspos laporan Komisi IV mengenai korupsi. Pemerintah menganggap Sinar Harapan telah melanggar kode etik pers karena mendahului Presiden karena laporan Komisi IV tersebut baru akan dibacakan Presiden pada tanggal 16 agustus 1970. Namun beberapa pihak justru memuji Sinar Harapan yang unggul dalam news getting. Dalam kasus ini, Dewan Kehormatan PWI menyimpulkan bahwa belum melihat cukup alasan untuk mengatakan telah terjadi pelanggaran kode etik pers oleh Sinar Harapan. Pada bulan Januari 1972 kembali Sinar Harapan berurusan dengan Dewan Kehormatan Pers karena pemberitaan tanggal 31 Desember 1971 dengan judul tulisan “Presiden larang menteri-menteri beri fasilitas pada proyek Mini”. Tanggal 2 Januari 1973 Pangkokamtib mencabut sementara Surat Ijin Cetak Sinar Harapan berkaitan dengan pemberitaan RAPBN dengan judul “Anggaran ‘73-’74 Rp. 826 milyard”. Pada tanggal 12 Januari 1973 Sinar Harapan diperbolehkan terbit kembali. Terkait dengan peristiwa “Malari” 1974, kembali sejumlah media dibreidel, termasuk Sinar Harapan. Tanggal 20 Januari 1978 pukul 20.21 Sinar Harapan melalui telepon diperintahkan tidak terbit untuk esok harinya oleh Pendam V Jaya. Hal tersebut kemungkinan karena Sinar Harapan dan beberapa media lain memberitakan kegiatan mahasiswa yang dianggap dapat memanaskan situasi politik. Tanggal 4 Februari 1978 Sinar Harapan diperbolehkan terbit kembali. Dan yang paling memukul adalah pembatalan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan) oleh pemerintah Soeharto pada pada bulan Oktober 1986 akibat Sinar Harapan memuat head line “Pemerintah Akan Cabut 44 SK Tata Niaga Bidang Impor”. Breidel ini mengakibatkan 15 tahun lamanya Sinar Harapan dipaksa tidak boleh terbit.
Pada era Reformasi, kebebasan pers mulai diperlonggar. Sinar Harapan diterbitkan kembali pada tanggal 02 Juli 2001 oleh H.G. Rorimpandey dan Aristides Katoppo di bawah naungan PT. Sinar Harapan Persada. Meskipun telah 14 tahun “dikubur”, kebangkitan kembali Sinar Harapan tetap mendapat respon positif dari berbagai pihak, baik dari kalangan elit pemerintah, elit politik, pelaku bisnis, kaum profesional, biro iklan sampai agen koran. Berbagai penghargaan jurnalistik juga kembali telah diterima beberapa wartawan Sinar Harapan.
H. G. Rorimpandey dan Terbit Kembalinya Sinar Harapan
”Saya masih ingat ketika hari terakhir koran ini ditutup,” ujar Rorimpandey mengenang kembali peristiwa lama. Waktu itu hari Kamis siang, tanggal 9 Oktober tahun 1986.
”Saya terima pemberitahuan lewat telepon dari Dirjen PPG Sukarno SH , supaya Sinar Harapan pada esok hari 9 Oktober tidak terbit lagi,” ujar Pak Rorim dengan suara lirih. ”Saya sama sekali tak menduga dan tak percaya bahwa itu penutupan koran untuk selama-lamanya.”
Yang menjadi sebab koran sore ini ditutup, gara-gara judul berita yang dimuat dalam headline di halaman satu yang dibuat oleh wartawan dengan kode M-5 dengan judul ”Pemerintah Akan Cabut 44 SK Tata Niaga Bidang Impor”. Tentu ini hanya pemicu, karena Presiden Soeharto sudah lama menandai koran ini karena kritik-kritiknya.

Ada pertanyaan apakah pencabutan 44 SK itu akan memukul bisnis keluarga cendana dan konconya? Ini tidak diketahui. Tetapi yang jelas keputusan Pemerintah tersebut menjadikan dunia perdagangan tidak lagi melemahkan monopoli .
Belakangan diketahui 44 SK tersebut masih konsep. Rupanya menteri ingin mendapatkan feed back. Bahan berita dibagikan kepada wartawan tanpa berpikir dan menduga perbuatan ini akan menyebabkan perdagangan menjadi stagnan atau mandeg. Dan lebih sial lagi menyebabkan Harian Sore ”Sinar Harapan” ditutup .

Dalam alam pers yang serba dibatasi waktu itu, apakah kebijaksanaan yang dijalankan oleh Sinar Harapan ? ”Saya dan pimpinan sudah menerima policy yang tegas. Semua berita yang mengkritik Pemerintah khusus Soeharto dibolehkan,” ujar Rorimpandey. Bagaimana kalau ada risiko ? ”Risiko itu kita terima,” kata Pak Rorim.
Inilah bentuk dari keberanian sikap Pers independen yang dijalankan oleh ”Sinar Harapan”. Karena berani mengkritik, maka Sinar Harapan ditutup.
Banyak langkah yang diupayakan supaya koran ini bisa terbit lagi. Bukankah penutupan koran memberi dampak yang luas? Ribuan karyawan kehilangan mata pecaharian, demikian pula puluhan ribu agen dengan keluarganya.
Satu ketika pimpinan Sinar Harapan berkirim surat kepada Presiden Soeharto . Tetapi hasilnya nihil. Sedangkan sikap perusahaan jelas, bagaimana mencari jalan keluar agar PT Sinar Kasih tidak dibubarkan dan karyawan tidak di PHK.
Dari hasil rapat dewan komisaris PT Sinar Kasih, Sinar Agape Pres, dan Sitra diperoleh dua kemungkinan yang bisa dihadapi. Pertama adakan penerbitan baru karena “SH” tidak boleh terbit lagi. Berdasarkan pemikiran itu berkembang pembicaraan, usahakan SIUPP yang baru. Rorimpandey dan TB Simatupang satu pendapat.

Pemikiran kedua, mencoba memenuhi undangan Sudwikatmono. Pembicaraan berlangsung malam hari jam 11.00 di rumah kediaman konglomerat ini di kawasan Permata Hijau.
Sudwikatmono yang didampingi mitra kerjanya Soetrisno berkata : “SH boleh terbit kembali, Pak Rorim tetap pimpinan umum, asal sebagian saham kami miliki”.
Mendengar pernyataan ini, Rorimpandey terdiam. Kemudian ia menunjuk presiden komisaris Soedarjo. Soedarjo menjawab: Ya kami menerima.Tapi kami tanya Pak Rorim”.

Sewaktu ditanya Rorimpandey berbeda pendapat: “Saya menolak. Alasan saya, Pak Dwi, tak bisa saya mengajak anda untuk membagi deviden atau bersama dalam mengambil satu keputusan penting dan kita bersama berdoa. Saya takut mengajak Bapak. Tapi silahkan tanya pada komisaris yang lain, direksi dan pemegang saham. Saya tidak punya saham terbesar di sini.”
Pembicaraan dengan Sudwikatmono ini, pada satu pagi disampaikan kepada Drs. Radius Prawiro dalam kesempatan sarapan pagi di rumahnya. Radius kemudian melakukan pengecekan. Dan hasilnya ternyata Pak Harto tidak setuju “Sinar Harapan” hidup lagi.
Pengecekan juga dilakukan oleh Rorimpandey melalui keponakannya Dirut PT Garuda Indonesia, Lumenta. Lumenta yang menjadi kawan akrab Ka Bakin Benny Moerdani: “Coba tanya Benny, bagaimana komentarnya?” ”Kalau mau terbitkan koran baru cobalah. Tapi saya tak punya harapan bahwa itu bisa diterbitkan. Jual es teler sajalah. Atau mereka juga bisa mulai dengan asembling mobil, ya apa saja,“ ujar Benny sebagaimana ditirukan Lumenta.
Hari ini Senin , 2 Juli 2001, Harian Sore “Sinar Harapan” resmi diterbitkan kembali setelah menjalani masa tidur panjang, persisnya 14 tahun, tujuh bulan, tiga minggu, 3 hari. “Saya orang yang paling senang, paling gembira. Saya suruh Nico (Nico Sompotan) dan Bara (Baradita Katoppo) mempersiapkan untuk terbitkan kembali koran ini. Saya sangat berterimakasih kepada Aristides Katoppo mau jadi Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi. Apalagi Peter sudah dipanggil bergabung, lalu lain-lainnya.
Terimakasih juga buat semua yang kerja keras untuk memulai kembali, teman-teman lama redaksi, agen-agen, dan orang-orang iklan serta semua yang telah membantu,“ ujar H.G.Rorimpandey yang kini sudah berusia 79 tahun. Berdarah Kawanua, lahir di Palu (Sulawesi Tengah), memulai karier di masa revolusi sebagai perwira yang ikut mendirikan Siliwangi.
Dalam dunia pers ia pernah menjadi Ketua Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS).
Sebagai tokoh pers ia yang melahirkan istilah industri pers, setelah melihat kenyataan bahwa usaha pers telah berkembang menjadi bisnis yang melibatkan banyak sektor.
H. G. Rorimpandey
CORPORATE PROFILE
Sinar Harapan diterbitkan kembali pada tanggal 02 Juli 2001 oleh H.G. Rorimpandey dan Aristides Katoppo di bawah naungan PT. Sinar Harapan Persada. Meskipun telah 14 tahun “dikubur”, kebangkitan kembali Sinar Harapan tetap mendapat respon positif dari berbagai pihak, baik dari kalangan elit pemerintah, elit politik, pelaku bisnis, kaum profesional, biro iklan sampai agen koran. Berbagai penghargaan jurnalistik juga kembali telah diterima beberapa wartawan Sinar Harapan.
Visi and Misi
Melanjutkan visi dan misi terdahulu :
• Visi : Menyajikan liputan dan laporan yang adil, akurat, berimbang, aktual dan faktual melalui jurnalisme damai.
• Misi : “Memperjuangkan Kemerdekaan, Keadilan, Kebenaran dan Perdamaian Berdasarkan Kasih”
Kepemilikan
Sampai dengan akhir tahun 2007 jumlah total modal disetor PT. Sinar Harapan Persada sebesar Rp. 59 milyar dimana 83,2% sahamnya dimiliki oleh PT. Cahaya Pelangi Persada, 8,4% sahamnya dimiliki oleh Ny. Martha HG. Rorimpandey dan 8,4% sahamnya dimiliki oleh Aristides Katoppo.
Manajemen
Manajemen Sinar Harapan merupakan kombinasi dari berbagai latar belakang pengalaman dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
Susunan pengurus PT. Sinar Harapan Persada saat ini adalah :
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Aristides Kattopo; Wakil Komisaris Utama : Karel Patipeilohy; Komisaris : Insa Martha Rorimpandey; Matheus Rukmasaleh Arief
Dewan Direksi
Direktur Utama : Susanto Sjahir; Direktur : Christine Widjaja; Veronica Fausta; Daud Sinjal; Edward Hariandja