Sabtu, 03 Oktober 2009

SAP Bahasa Jurnalistik

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik
Semester/Kelas : V (Lima)/ Khusus-Reguler
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Jenjang : S1 (Strata 1)
Dosen : Muhamad Nasir, S.Pd
A. Dekripsi Mata Kuliah

Membahas bahasa Jurnalistik sebagai alat komunikasi dalam media massa, ruang lingkup bahasa jurnalistik, karakteristik bahasa jurnalistik, kata-kata mubazir dalam jurnalistik, pedoman pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan ciri media massa, latihan analisis karya-karya jurnalistik dilihat dari ejaan yang disempurnakan (EYD).
B.Pengalaman Belajar

Proses perkuliahan dikembangkan dalam bentuk komunikasi dua arah antara dosen mahasiswa melalui kegiatan ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelas. Guna menunjang pemahaman terhadap materi perkuliahan, mahasiswa di minta untuk mencari informasi terbaru, baik melalui buku teks, jurnal, artikel, maupun internet.

C. Evaluasi Hasil Belajar

Komponen evaluasi perkuliahan meliputi: nilai ujian tengah semester, ujian akhir semester, partisipasi kegiatan kelas, presensi, serta pembuatan dan penyajian makalah.

D. Pokok Bahasan Setiap Pertemuan

Pertemuan ke-1

Perkenalan dan penyampaian silabus: 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik, 2. Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik, 3. Posisi Bahasa Jurnalistik, 5. Penyimpangan Bahasa Jurnalistik, 6. Kebijakan Redaksional & Style Book, 7. Ujian Tengah Semester, 8. Karakteristik Bahasa Jurnalistik, 9. Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik, 10. Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea, 11. Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik, 12. Bahasa Jurnalistik Cetak/Online, 13. Bahasa Jurnalistik Radio/TV, 14. Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik.


Pertemuan ke-2

Pengertian Bahasa Jurnalistik
Membahas pengertian bahasa jurnalistik. Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (Language of Mass Communication, disebut pula News Paper Language).
Ciri Utama Bahasa Jurnalistik: Komunikatif artinya langsung ke pokok persoalan (straight to the point) dan spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri.

Pertemuan ke-3

Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik
Membahas alasan penggunaan bahasa jurnalistik. Ada tiga faktor: 1) Karena keterbatasan ruang dan waktu. Media dibatasi oleh kolom, sedangkan Online dibatasi oleh waktu. 2) Kepentingan pembaca. 3) Dalam rangka penyesuaian gaya bahasa, bahasanya mudah dimengerti oleh publik.

Pertemuan ke-4

Posisi Bahasa Jurnalistik
Membahas posisi bahasa jurnalistik. Secara umum posisi bahasa jurnalistik itu strategis.
Secara khusus, bahasa jurnalistik menjadi bahasa khusus sehingga bisa digunakan di segala bidang. Bahasa Jurnalistik bisa menjadi laboratorium bahasa juga referensi dalam hal penggunaan bahasa keseluruhan sehingga menjadi trend setter Bahasa jurnalistik subsistem dari Bahasa Indonesia.

Pertemuan ke-5

Penyimpangan Bahasa Jurnalistik
Membahas daftar 100 kata yang sering salah eja
Diantaranya: Aktif = aktip, aktivitas = aktifitas, analisis = analisa, apotek = apotik, izin = ijin, ijazah =, ijasah, foto = photo, imbau = himbau, indera = indraasas = azas dll.

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
1) Penyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israel Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
2) Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor ke Amerika. Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.
3) Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dan lain-lain. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bisa mengandung makna semakin banyak.
4) Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadwal, sinkron ditulis singkron, dll.
Meskipun bahasa jurnalistik itu disebut sebagai ragam tersendiri, tentu tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.


Pertemuan ke-6
Kebijakan Redaksional & Style Book

Pertemuan ke-7 Ujian Tengah Semester

Pertemuan ke-8

Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa.

Pertemuan ke-9

Prinsip Penulisan Bahasa Jurnalistik
Beberapa prinsip dalam penggunaan bahasa jurnalistik:
1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5 W + 1 H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

3) Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

4) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5) Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.

Pertemuan ke-10

Pemakaian kata, kalimat, dan alinea. Membahas EYD dalam bahasa jurnalistik.

A. Penulisan huruf kapital
- Jabatan tidak di ikuti nama orang
- Huruf pertama nama bangsa
- Nama geografi sebagai nama jenis
- Setiap unsur bentuk ulang sempurna
- Penulisan kata depan dan kata sambung

B. Penulisan huruf miring
- Penulisan nama buku
- Penulisan penegasan kata
- Penulisan kata nama ilmiah

C.Penulisan kata turunan
- Gabungan kata dapat awalan dan akhiran
- Gabungan kata dalam kombinasi

D.Penulisan gabungan kata
- Penulisan gabungan kata istilah khusus
- Penulisan gabungan kata serangkai

E. Penulisan partikel
- Penulisan partikel pun
- Penulisan partikel per

F. Penulisan singkatan
- Penulisan singkatan 3 huruf
- Penulisan singkatan mata uang

G. Penulisan akronim
- Akronim nama diri
- Akronim bukan nama diri

H. Penulisan angka
Penulisan lambang bilangan
- Penulisan lambang bilangan satu dua kata
- Penulisan lambang bilangan awal kalimat
- Penulisan lambang bilangan utuh
- Penulisan lambang bilangan angka huruf

Pertemuan ke-11

Kata-Kata Mubazir dalam Jurnalistik
Latihan membuat kalimat bahasa Jurnalistik seperti :
- Semakin menjadi makin
- Kurang lebih menjadi sekitar
- Kemudian menjadi lalu
- Andaikan menjadi andai
- Apabila menjadi jika

Pertemuan ke-12

Bahasa Jurnalistik Cetak/Online

Pertemuan ke-13
Bahasa Jurnalistik Radio/TV

Pertemuan ke-14

Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Karya Jurnalistik

E. Alokasi: 14 kali pertemuan






F. Sumber:

Alamudi, Abdullah. 1991. Peranan Media Massa. Terjemahan dari The Role of Media. Jakarta: USIS.
Anwar, Rosihan. 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Anderson, Benedick ROG. 1966. Bahasa Politik Indonesia. Indonesia I, April : hal 89-116.

Asegaf, Dja’far H. 1982. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Prakti Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Oetama, Jacob. 1987. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Moehamad, Gunawan. 1997. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Tempo.
Sudaryanto. 1995. Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.

Tarigan, Djago dan Lilis Sulistyaningsih. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Palembang, 30 September 2009
Dosen Pengasuh,


Muhamad Nasir, S.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar