Rabu, 25 November 2009

Psikologi dan Ilmu Lainnya

Psikologi dan Ilmu Lainnya









DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

SULASMIYADI (01.09.071)
WINDAWI (01.09.098)
TRISNO (01.09.092)
ROHANI (01.09.0 )
SUKRI HIDAYAT (01.09.0 )


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN 2009 / 2010





KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridhonyalah makalah ini dapat diselesaikan. Seiring shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini merupakan makalah pertama yang kami buat pada semester pertama yang mana telah mampu menempu pendidikan di Universitas Candradimuka palembang.
Makalah ini membahas masalah Psikoogi dan ilmu lainnya dalam menjawab penomena Psikologis masyarat Indonesia.
Pada dasarnya penulis sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca makalah ini sangat kami harapkan agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.



Palembang, November 2009




Pemakalah











































HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

Serge moscoyici seorang psikolog social menyatakan bahwa psikologi social adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan social lainnya.sebab psikologi social mengakui pengtingnya memandang individu dalam suatu system social yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi,ilmu politik,antropologi,dan ekonomi psikologi social mengakui aktivitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia di masa lampau. Dalam mengambil focus ini spikologi social beirisan dengan filsafat,sejarah,seni dan musik. Selain itu psikologi social memiliki perspsektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap prilaku social.

Dalam hal ini psikologi social misalnya mungkin mempertannyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian yang menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah, dan serangan jantung. Karena perspektif ini maka dibahas tentang resepsi kognisi dan respon fisiologis.

Meskipun demikian perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi social adalah memfokuskan pada individu dari pada kelompok atau unit. Sementara ahli ilmu social yang lain mempergunakan analisis kemesyarakatan yakni mempergunakan factor-faktor secara luas untuk menjelaskan prilaku social.
Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok.
Kelompok itu dapat kecil ( keluarga ), atau moderat ( perkumpulan mahasiswa sepak bola ), atau luas ( suatu masyarakat ).

Sementara bidang study lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari prilaku indipidu adalah psikologi kepribadian. Pendekatan psikolog kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi social adalah mengidentipikasikan atau ( respon secara bereaksi ), dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.

Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindakan kekerasan. Pendekatan masyarakat cendrung menunjukan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi dan cepat dan industrilisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan : kejahatan lebih banyak timbul didaerah kumuh ketimbang lingkungan elit : kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun disaat kondisi ekonomi membaik.

PERANAN PSIKOLOGI DALAM MENJAWAB FENOMENA PSIKOLOGIS
MASYARAKAT INDONESIA

A. pengantar
Defenisi psikolokologi yang paling disepakati oleh para fakar adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut WORTMAN dkk. ( 2004 ) psikologi adalah “the scientific study of behavior, both eksternal observable action and internal thought” oleh karena tingkah laku merupakan manipestasidari aspek kognitif, efektif dan psikomotorik manusia maka melalui pengamatan tingkah laku kita dapat memahami sisi unik kepribadian dan kejiwaan adri diri seseorang. Perkembangan kajian dunia psikologi, pendidikan, psikologi klinis, psikologi social, psikologi industri dan organisasi serta psikologi umum dan eksperimen. Namun seiring semakin komfleksnya permasalahan yang dihadapi manusia dalam berbagai ospek kehidupan bagin-bagian besar tersebut semakin berkembang hingga kajian psikologi telah mencapai lebih dari 50 kajian.

B. kajian-kajian psikologi dalam berbagai aspek kehidupan

B.1. psikologi perkembangan
Perkembangan manusia harus diletakan sebagai upaya untuk mengoptimalkan seluruh aspek kehidupan manusia sejak bayi sampai lanjut usia “papalia, olds,feldman, 2001”. Optimalisasi perkembangan manusia dapat terlaksana jika lingkungan ikut mendukung.oleh karena itu dalam proses perkembangannya,manusia tidak terlepas dari konteks kesejarahan dan budaya yang sangat kuat terhadap dirinya.

Saat ini fenomena yang berkaitan dengan psikologi perkembangan yang menjadi perhatian para praktisi dan ilmuan psikologi di Indonesia adalah dampak berbagai peristiwa social-psikologis yang negative pada anak-anak

Sebagai akibat meningkatnya peristiwa-peristiwa dalam rumah tangga ( KDRT ),pembunuhan,pengunaan napza,keretakan kaluarga,dan berbagai penyakit yang menhambat perkembangan anak. juga kejadian-kejadian seperti perang,kerusuhan,konflik,krisis ekonomi,bencana alam yang akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis anak.

Menurut Myers-bowman,walker,dan Myerss-walls ( 2000 ),walaupun anak-anak terekspos secara minimal dalam suatu peristiwa-peristiwa terror,misalnya melihat pemberitaan di televisi dan surat kabar,dapat mengalami kebingungan dan dihantui oleh berbagai pertannyaan tentang hal yang mereka baca dari media massa tersebut. Kekuatan media massa dalam menginformasikan peristiwa terror tidak sebatas memberikan gambaran kejadian,tetapi mendiseminasi ketegangan.termasuk kepada anak-anak.

Sebagai audiensnya.jika aksi terror saja sudah memunculkan efek “ngeri” bagi kalangan dewasa,maka dapat dibayangkan berapa kali lipat derajat ketakutan yang bisa dialami oleh anak-anak. Pada anak-anak tersebut pakar psikologi perkembangan dapat melakukan penanganan seperti melakukan terapi bermain dan terapi disensitisasi untuk mengatasi trauma dan steres yang dialami.

Akan tetapi,pemanfaatan ilmu psikologi bagi perkembangan anak sebenarnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti upaya membantu anak dalam mengatasi krisis perkembangannya ketika memasuki usia sekolah,kesulitan bersosialisasi,permasalahan dengan saudara kandung,perkembangan seksualitas,dan lain sebagainya.

B.2. Psikologi pendidikan
Pada bidang psikologi pendidikan, kasus dan fenomena yang saat ini masi menjadi sorotan adalah Ujian Nasional ( UN ) dan program akselerasi siswa.

Pelaksanaan ujian akhir di berbagai tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran, seringkali memunculkan pro-kontra kegunaanya. Perdebatan dan kritik makin gencar. Arsip surat kabar Sinar Harapan mencatat pendapat puad Hassan, Guru Besar Fakultas psikologi Universitas Indonesia dan mantan mendiknas, bahwa penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga mencakup proses belajar mengajar.

Yang dilakukan. Pelaksanaan UN hendaknya sebatas untuk mengetahui peta kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui UN dapat diketahui sejauh mana kurikulum secara nasional tercapai, namun bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan pun perlu disertai dengan peningkatan kualitas guru ketika guru mengajar. Kualitas pembelajaran sebaiknya tidak dibebankan ke siswa dengan target nilai.

Para siswa disekolah yang berfasilitas minim, bahkan jauh dari prasyarat pendidikan standar akan kesulitan menyesuikan diri dengan setandar nasional. Akibatnya juga berdampak negative dimana guru memberitahukan kunci jawaban kepada siswa sehingga kelulusan siswa meningkat. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk karakter negative pada siswa.

Pakar psikologi pendidikan dapat berperan dalam membantu sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa sekaligus memberikan bimbingan bagi siswa yang menghadapi kendala dalam proses belajarnya, seperti menangani kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa SMA di Indonesia yang memiliki program akselerasi, guru besar psikologi UGM asmadi alsa menyimpulkan beberapa hal diantaranya bahwa siswa akselerasi memang memperoleh percepatan dalam hal perkembangan secara kognitif, namun tidak dalam hal afektif dan psikomotoris ( pidato pengukuhan prof. asmadi alsa dari www.ugm.ac.id ). Namun begitu aktivitas belajar yang padat dapat memacu siswa sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam belajar, karena memang tidak ditemukan adanya dampak negative dari hal itu.

Meski demikian, pemantauan pada semester awal menjadi amat penting dalam rangka melakukan tindakan lanjutan bagi siswa yang ditemukan memiliki potensi tidak cukup mampu melakukan penyesuain diri dengan tuntutan program maupun juga lingkungan akademik dan social yang baru.

Bagaimanapun, evaluasi terhadap program akselerasi di Indonesia harus terus dilakukan dari barbagai aspek. Keberhasilan akselerasi di negara lain tidaklah dapat menjadi pegangan mengingat kondisai demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Disinilah pakar psikologi berperan.

B.3. psikologis klinis
Bagian psikologi kelinis sering diidentikkan dengan profesi psikolog, yakni dalam melakukan konseling dan terapi individual pada individu dengan gangguan psikologis tertentu seperti individu yang mengalami gangguan tidur, gangguan disosiatif, gangguan psikosomatis. Namun demikian, psikologi klinis tidaklah berperan hanya sampai disitu saja. Selain dapat menangani permasalan individual, juga dapat menangani permasalahan komunitas.
Pada orasi ini saya akan menyoroti tiga fenomena actual yang berkaitan dengan kajian-kajian psikologi klinisyakni psikologi forensic, psikologi kesehatan, dan psikologi bencana.

Terdapat kasus-kasus yang sebenarnya membutuhkan keterlibatan pakar psikologi forensik seperti dalam kasus mutilasi. Kasus mayat dipotong-potong atau mutilasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat hati kebanyakan orang miris. Peristiwa mutilasi dengan korban Heri Santoso dilakukan Very idham Henyansyah alias Ryan yang tidak lain adalah orang dekat atau pernah dekat. Kasus Ryan ini memang memang menarik karena latar belakang Ryan yang dianggap mempunyai perilaku sex menyimpang.

Sebenarnya kasus mutilasi telah banyak terjadi di Indonesia. Jauh sebelum kasus Riyan,di Jakarta pernah gempar dengan kasus dengan kasus mayat potong tujuh pada tahun 1980-an. Juga pada kerusuhan antaretnis di Kalimantan, maluku dan poso, sering dijumpai kasus mutilasi itu.
Penelusuran mengenai latar belakang perilaku pelaku mutilasi hingga pengambaran psikologis propil selain kasus mutilasi, kasus perkosaan juga hampir selalu mengisi berita dikoran-koran local maupun nasional.

Banyak kasus pemerkosaan terhadap anak pelakunya bebas karena pihak polisi tidak memiliki bukti cukup untuk menjerat si tersangka mengigat tidak adanya saksi, bukti atau pengakuan dari korban (Abdurrahman, 2009 ).
Seperti kasus pemerkosaan anak 9 tahun di jawa tengah yang diungkapkan oleh Abdurrahman, karena perihati akan sulitnya pembuktian tersangka pemerkosaaan, kapolres jawa tengah dan rekan psikolog yang peduli akan kasus tersebut menggunakan bukti psikologis untuk menjerat tersangka dengan cara membuat rekaman (Hidden Camera) ekspresi dan prilaku korban ketika dipertemukan (melalui one way mirror). Proses rekaman ini diawali dengan seorang laki-laki tersangka alternative yang dimasukan kedalam ruangan dan korban menunjukan ekspresi biasa-biasa diruangan sebelah. Selanjutnya tersangka utama dimasukan kedalam ruangan. Ketika melihat tersangka utama, korban menunjukan ekspresi takut dan menangis. Bukti psikologis ini berhasil menggiring pelaku ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan terbukti bersalah.

Melihat ilustrasi diatas, peran psikologi forensic dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus criminal yang menimpah masyarakat. Psikologi forensic dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban. Selainsebagai saksi ahli di pengadilan, fakar psikologi forensik juga dapat berperan sebagai konsultan di lembaga kepolisian bagi korban-korban kasus KDRT, korban pemerkosaan, atau kasus perwalian anak (Weiner&Hess,2006).
Selain itu peran psikologi forensik di lembaga pemasyarakatan tidak kalah pentingnya. Banyak kasus psikologi yang terjadi pada narapidana .

Demikian penomena Batu ponari cukup menggemparkan masyarakat Indonesia pada awal tahun ini. Ribuan orang dari berbagai pelosok tanah air memadati Dusun Kedungsari, Kabupaten Jombang tempat dukun Ponari berada. Dengan air celupan batu Ponari yang dianggap sakti banyak pasien yang dating berobat dan menyatakan dirinya sembuh.
Tentulah fenomena ini menarik perhatian para praktisi dan akademisi yang berkecimpung di dinia kesehatan termasuk diantaranya para pakar psikologi kesehatan.

B.4. Psikologi Sosial
Sebagai suatu negara dengan budaya yang beragam dan tersebar dalam beribu-ribu pulau, persoalan social yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia tentunya akan terus silih berganti berdatangan.Masih tak lekang dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu terjadi kerusuhan antar-etnis di Sampit, Ambon, dan Poso.

Demikian pulah peristiwa tragis yang terjadi di Sumatera Utara sendiri yakni peristiwa unjuk rasa yang menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap) yang berujung meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara. Dalam hal ini, ilmu psikologi khususnya psikologi social mempunyai peran yang besar untuk menjawab berbagai persoalan ini.Konflik antar budaya dapat dipahami dan diselesaikan dengan teori-teori seperti intergroup theory, peace theory, dan culture psychology.

Dalam menjawab persoalan-persoalan ini, psikologi social sangat memperhatikan aspek-aspek budaya dan kondisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat, serta hubungan didalam dan antar kelompok yang ada di masyarakat tersebut.Teori identitas social melihat bahwa individu cenderung untuk mencari identitas social yang positif dan meningkatkan identitas kelompoknya untuk membedakan dengan kelompok lain.

Etnosentrisme melihat bahwa hubungan antar kelompok umumnya terjadi karena kecendrungan kelompok memandang dirinya sebagai pusat dari segalanya, sehingga terjadi in group favoritism dan berkembangnya stereotype-streotipe tertentu terhadap kelompok lain.Kesimpulannya, persoalan social yang dihadapi bangsa Indonesia bisa dilihat dari kacamata psikologi social, begitupun upaya penanganannya dapat dilakukan melalui berbagai cabang ilmu psikologi social.

B.5. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Industri dan Organisasi sebagai salah satu kekhususan di bidang ilmu psikologi memiliki banyak peran di dalam masyarakat. Salah satunya mengenai kompetensi dibidang ketenaga kerjaan.Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sesuainya kompetensi yang dimiliki seseorang dengan pekerjaan yang digelutinya (Wrong man on the wrong place) yang efeknya bisa bermacam-macam (misalnya: perselisihan antara pekerja dengan pihak pemberi kerja, PHK, kecelakaan kerja, dan stress kerja).

Oleh sebab itu dibutuhkan suatu proses penilaian (assessmen) agar mendapatkan orang yang sesuai antara kompetensi yang dimiliki dengan pekerjaan yang digeluti (Right man on the Right place).Masih maraknya pemberitaan tentang nasib buruk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, ditengarai karena factor kompetensi TKI yang kurang memadai merupakan suatu bukti nyata betapa pentingnya kompetensi kerja seseorang.

Hal ini sesui dengan pernyataan oleh direktur BNP2TKI, Ir.Kustomo Usman, CES, MM, tentang TKI di Taiwan yang gagal berangkat dan sulit melakukan klaim asuransi karena minim pemahaman dan pengetahuan sehingga mudah dibohongi. Permasalahan TKI seharusnya seharusnya dapat dipecahkan bila kompetensi yang dimiliki seseorang TKI mampu membuatnya menjadi aman dan nyaman ketika berkerja diluar negeri.

Dengan kata lain, seorang TKI haruslah memiliki keterampilan (skill) yang cukup untuk menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi ketika ia berada diluar negeri baik Hard Skill maupun Soft Skill. Dalam hal ini kajian psikologi Industri dan Organisasi memiliki peran yang sangat pentingSelain permasalah TKI maka fenomena klasik yang kerap dialami manusia di dunia kerja adalah stress kerja. Penyebab stress kerja didalam organisasi bervariasi dan terkadang kompleks. Karyawan / pegawai yang sangat sibuk ataupun sebaliknya merasa bosan dapat menjadi stress.

Demikian pula karyawan / pegawai yang memiliki pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang dirasakan mengancam keselamatan jiwa atau psikologisnya, seperti pekerjaan dengan tingkat pengawasan den resiko yang tinggi terhadap sangkaan korupsi sebagaimana yang banyak terjadi pada pejabat public di Indonesia saat ini, sangat rentan terhadap stress.

B.6. Sumbaangan psikologi untuk pengembangan USU
Berikut saya akan menyampaikan hasil-hasil penelitian mahasiswa psikologi USU dibawah bimbingan para dosen mengenai tinjauan-tinjauan psikologi yang kiranya dapat menjadi masukan bagi pengembangan Universitas Sumatera Utara.

Fenomena yang akan diangkat yaitu mengenai culture shock mahasiswa asing yang berada di USU, deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU, dan gambaran sikap mahasiswa terhadap mata kuliah kewirausahaan.Pada saat ini terdapat sejumlah mahasiswa asing asal Malaysia yang menempu pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Tentu saja mereka menghadapi perbedaan-perbedaan kebiasaan dan budaya dengan budaya negara asalnya.

Menurut Gudykunst dan kim (2003)perbedaan budaya dapat menimbulkan keterkejutan dan tekanan yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas cultural, dan mengakibatkan kecemasan.Reaksi terhadap situasi yang diikuti rasa cemas dan stress itu disebut dengan culture shock. Hasil penelitian Frandawati (2009)mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan study di USU, menemukan bahwa para mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan culture shock tergolong sedang.

Hal ini berarti mereka mulai bisa menyesuaikan diri namun masih mengalami beberapa masalah adaptasi seperti merasa menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan masih kurang nyaman mahasiswi lebih tinggi bila dibandingkan culture shock pada mahasiswa, dan culture shock pada mahasiswa Malaysia bersuku Cina lebih tinggi dibandingkan dengan suku melayu dan India.

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi pimpinan fakultas / universitas untuk mengembangkan Program Orientasi Berbasis Psikologi Budaya bagi mahasiswa asing di USU agar dapat dengan segera mengatasi culture shock yang dialami, sehingga mereka dapat berproses lebih cepat untuk focus pada proses belajarnya.

Terkait dengan mata kuliah laboratorium psikologi social, mahasiswa psikologi USU juga telah melakukan penelitian untuk melihat bagaimana gambaran deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU terhadap adanya perbedaan fasilitas di tiap fakultas / program study.Deprivasi relative fraternalistik merupakan suatu keadaan dimana seseorang membandingkan keadaan kelompoknya (ingroup) dengan kelompok lain (outgroup) dan merasa bahwa apa yang mereka dapat kurang dari apa yang yang seharusnya atau pantas mereka dapat.













DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

SULASMIYADI (01.09.071)
WINDAWI (01.09.098)
TRISNO (01.09.092)
ROHANI (01.09.0 )
SUKRI HIDAYAT (01.09.0 )


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN 2009 / 2010





KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridhonyalah makalah ini dapat diselesaikan. Seiring shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini merupakan makalah pertama yang kami buat pada semester pertama yang mana telah mampu menempu pendidikan di Universitas Candradimuka palembang.
Makalah ini membahas masalah Psikoogi dan ilmu lainnya dalam menjawab penomena Psikologis masyarat Indonesia.
Pada dasarnya penulis sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca makalah ini sangat kami harapkan agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.



Palembang, November 2009




Pemakalah











































HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

Serge moscoyici seorang psikolog social menyatakan bahwa psikologi social adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan social lainnya.sebab psikologi social mengakui pengtingnya memandang individu dalam suatu system social yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi,ilmu politik,antropologi,dan ekonomi psikologi social mengakui aktivitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia di masa lampau. Dalam mengambil focus ini spikologi social beirisan dengan filsafat,sejarah,seni dan musik. Selain itu psikologi social memiliki perspsektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap prilaku social.

Dalam hal ini psikologi social misalnya mungkin mempertannyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian yang menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah, dan serangan jantung. Karena perspektif ini maka dibahas tentang resepsi kognisi dan respon fisiologis.

Meskipun demikian perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi social adalah memfokuskan pada individu dari pada kelompok atau unit. Sementara ahli ilmu social yang lain mempergunakan analisis kemesyarakatan yakni mempergunakan factor-faktor secara luas untuk menjelaskan prilaku social.
Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok.
Kelompok itu dapat kecil ( keluarga ), atau moderat ( perkumpulan mahasiswa sepak bola ), atau luas ( suatu masyarakat ).

Sementara bidang study lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari prilaku indipidu adalah psikologi kepribadian. Pendekatan psikolog kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi social adalah mengidentipikasikan atau ( respon secara bereaksi ), dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.

Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindakan kekerasan. Pendekatan masyarakat cendrung menunjukan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi dan cepat dan industrilisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan : kejahatan lebih banyak timbul didaerah kumuh ketimbang lingkungan elit : kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun disaat kondisi ekonomi membaik.

PERANAN PSIKOLOGI DALAM MENJAWAB FENOMENA PSIKOLOGIS
MASYARAKAT INDONESIA

A. pengantar
Defenisi psikolokologi yang paling disepakati oleh para fakar adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut WORTMAN dkk. ( 2004 ) psikologi adalah “the scientific study of behavior, both eksternal observable action and internal thought” oleh karena tingkah laku merupakan manipestasidari aspek kognitif, efektif dan psikomotorik manusia maka melalui pengamatan tingkah laku kita dapat memahami sisi unik kepribadian dan kejiwaan adri diri seseorang. Perkembangan kajian dunia psikologi, pendidikan, psikologi klinis, psikologi social, psikologi industri dan organisasi serta psikologi umum dan eksperimen. Namun seiring semakin komfleksnya permasalahan yang dihadapi manusia dalam berbagai ospek kehidupan bagin-bagian besar tersebut semakin berkembang hingga kajian psikologi telah mencapai lebih dari 50 kajian.

B. kajian-kajian psikologi dalam berbagai aspek kehidupan

B.1. psikologi perkembangan
Perkembangan manusia harus diletakan sebagai upaya untuk mengoptimalkan seluruh aspek kehidupan manusia sejak bayi sampai lanjut usia “papalia, olds,feldman, 2001”. Optimalisasi perkembangan manusia dapat terlaksana jika lingkungan ikut mendukung.oleh karena itu dalam proses perkembangannya,manusia tidak terlepas dari konteks kesejarahan dan budaya yang sangat kuat terhadap dirinya.

Saat ini fenomena yang berkaitan dengan psikologi perkembangan yang menjadi perhatian para praktisi dan ilmuan psikologi di Indonesia adalah dampak berbagai peristiwa social-psikologis yang negative pada anak-anak

Sebagai akibat meningkatnya peristiwa-peristiwa dalam rumah tangga ( KDRT ),pembunuhan,pengunaan napza,keretakan kaluarga,dan berbagai penyakit yang menhambat perkembangan anak. juga kejadian-kejadian seperti perang,kerusuhan,konflik,krisis ekonomi,bencana alam yang akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis anak.

Menurut Myers-bowman,walker,dan Myerss-walls ( 2000 ),walaupun anak-anak terekspos secara minimal dalam suatu peristiwa-peristiwa terror,misalnya melihat pemberitaan di televisi dan surat kabar,dapat mengalami kebingungan dan dihantui oleh berbagai pertannyaan tentang hal yang mereka baca dari media massa tersebut. Kekuatan media massa dalam menginformasikan peristiwa terror tidak sebatas memberikan gambaran kejadian,tetapi mendiseminasi ketegangan.termasuk kepada anak-anak.

Sebagai audiensnya.jika aksi terror saja sudah memunculkan efek “ngeri” bagi kalangan dewasa,maka dapat dibayangkan berapa kali lipat derajat ketakutan yang bisa dialami oleh anak-anak. Pada anak-anak tersebut pakar psikologi perkembangan dapat melakukan penanganan seperti melakukan terapi bermain dan terapi disensitisasi untuk mengatasi trauma dan steres yang dialami.

Akan tetapi,pemanfaatan ilmu psikologi bagi perkembangan anak sebenarnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti upaya membantu anak dalam mengatasi krisis perkembangannya ketika memasuki usia sekolah,kesulitan bersosialisasi,permasalahan dengan saudara kandung,perkembangan seksualitas,dan lain sebagainya.

B.2. Psikologi pendidikan
Pada bidang psikologi pendidikan, kasus dan fenomena yang saat ini masi menjadi sorotan adalah Ujian Nasional ( UN ) dan program akselerasi siswa.

Pelaksanaan ujian akhir di berbagai tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran, seringkali memunculkan pro-kontra kegunaanya. Perdebatan dan kritik makin gencar. Arsip surat kabar Sinar Harapan mencatat pendapat puad Hassan, Guru Besar Fakultas psikologi Universitas Indonesia dan mantan mendiknas, bahwa penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga mencakup proses belajar mengajar.

Yang dilakukan. Pelaksanaan UN hendaknya sebatas untuk mengetahui peta kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui UN dapat diketahui sejauh mana kurikulum secara nasional tercapai, namun bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan pun perlu disertai dengan peningkatan kualitas guru ketika guru mengajar. Kualitas pembelajaran sebaiknya tidak dibebankan ke siswa dengan target nilai.

Para siswa disekolah yang berfasilitas minim, bahkan jauh dari prasyarat pendidikan standar akan kesulitan menyesuikan diri dengan setandar nasional. Akibatnya juga berdampak negative dimana guru memberitahukan kunci jawaban kepada siswa sehingga kelulusan siswa meningkat. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk karakter negative pada siswa.

Pakar psikologi pendidikan dapat berperan dalam membantu sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa sekaligus memberikan bimbingan bagi siswa yang menghadapi kendala dalam proses belajarnya, seperti menangani kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa SMA di Indonesia yang memiliki program akselerasi, guru besar psikologi UGM asmadi alsa menyimpulkan beberapa hal diantaranya bahwa siswa akselerasi memang memperoleh percepatan dalam hal perkembangan secara kognitif, namun tidak dalam hal afektif dan psikomotoris ( pidato pengukuhan prof. asmadi alsa dari www.ugm.ac.id ). Namun begitu aktivitas belajar yang padat dapat memacu siswa sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam belajar, karena memang tidak ditemukan adanya dampak negative dari hal itu.

Meski demikian, pemantauan pada semester awal menjadi amat penting dalam rangka melakukan tindakan lanjutan bagi siswa yang ditemukan memiliki potensi tidak cukup mampu melakukan penyesuain diri dengan tuntutan program maupun juga lingkungan akademik dan social yang baru.

Bagaimanapun, evaluasi terhadap program akselerasi di Indonesia harus terus dilakukan dari barbagai aspek. Keberhasilan akselerasi di negara lain tidaklah dapat menjadi pegangan mengingat kondisai demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Disinilah pakar psikologi berperan.

B.3. psikologis klinis
Bagian psikologi kelinis sering diidentikkan dengan profesi psikolog, yakni dalam melakukan konseling dan terapi individual pada individu dengan gangguan psikologis tertentu seperti individu yang mengalami gangguan tidur, gangguan disosiatif, gangguan psikosomatis. Namun demikian, psikologi klinis tidaklah berperan hanya sampai disitu saja. Selain dapat menangani permasalan individual, juga dapat menangani permasalahan komunitas.
Pada orasi ini saya akan menyoroti tiga fenomena actual yang berkaitan dengan kajian-kajian psikologi klinisyakni psikologi forensic, psikologi kesehatan, dan psikologi bencana.

Terdapat kasus-kasus yang sebenarnya membutuhkan keterlibatan pakar psikologi forensik seperti dalam kasus mutilasi. Kasus mayat dipotong-potong atau mutilasi yang terjadi akhir-akhir ini membuat hati kebanyakan orang miris. Peristiwa mutilasi dengan korban Heri Santoso dilakukan Very idham Henyansyah alias Ryan yang tidak lain adalah orang dekat atau pernah dekat. Kasus Ryan ini memang memang menarik karena latar belakang Ryan yang dianggap mempunyai perilaku sex menyimpang.

Sebenarnya kasus mutilasi telah banyak terjadi di Indonesia. Jauh sebelum kasus Riyan,di Jakarta pernah gempar dengan kasus dengan kasus mayat potong tujuh pada tahun 1980-an. Juga pada kerusuhan antaretnis di Kalimantan, maluku dan poso, sering dijumpai kasus mutilasi itu.
Penelusuran mengenai latar belakang perilaku pelaku mutilasi hingga pengambaran psikologis propil selain kasus mutilasi, kasus perkosaan juga hampir selalu mengisi berita dikoran-koran local maupun nasional.

Banyak kasus pemerkosaan terhadap anak pelakunya bebas karena pihak polisi tidak memiliki bukti cukup untuk menjerat si tersangka mengigat tidak adanya saksi, bukti atau pengakuan dari korban (Abdurrahman, 2009 ).
Seperti kasus pemerkosaan anak 9 tahun di jawa tengah yang diungkapkan oleh Abdurrahman, karena perihati akan sulitnya pembuktian tersangka pemerkosaaan, kapolres jawa tengah dan rekan psikolog yang peduli akan kasus tersebut menggunakan bukti psikologis untuk menjerat tersangka dengan cara membuat rekaman (Hidden Camera) ekspresi dan prilaku korban ketika dipertemukan (melalui one way mirror). Proses rekaman ini diawali dengan seorang laki-laki tersangka alternative yang dimasukan kedalam ruangan dan korban menunjukan ekspresi biasa-biasa diruangan sebelah. Selanjutnya tersangka utama dimasukan kedalam ruangan. Ketika melihat tersangka utama, korban menunjukan ekspresi takut dan menangis. Bukti psikologis ini berhasil menggiring pelaku ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan terbukti bersalah.

Melihat ilustrasi diatas, peran psikologi forensic dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus criminal yang menimpah masyarakat. Psikologi forensic dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban. Selainsebagai saksi ahli di pengadilan, fakar psikologi forensik juga dapat berperan sebagai konsultan di lembaga kepolisian bagi korban-korban kasus KDRT, korban pemerkosaan, atau kasus perwalian anak (Weiner&Hess,2006).
Selain itu peran psikologi forensik di lembaga pemasyarakatan tidak kalah pentingnya. Banyak kasus psikologi yang terjadi pada narapidana .

Demikian penomena Batu ponari cukup menggemparkan masyarakat Indonesia pada awal tahun ini. Ribuan orang dari berbagai pelosok tanah air memadati Dusun Kedungsari, Kabupaten Jombang tempat dukun Ponari berada. Dengan air celupan batu Ponari yang dianggap sakti banyak pasien yang dating berobat dan menyatakan dirinya sembuh.
Tentulah fenomena ini menarik perhatian para praktisi dan akademisi yang berkecimpung di dinia kesehatan termasuk diantaranya para pakar psikologi kesehatan.

B.4. Psikologi Sosial
Sebagai suatu negara dengan budaya yang beragam dan tersebar dalam beribu-ribu pulau, persoalan social yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia tentunya akan terus silih berganti berdatangan.Masih tak lekang dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu terjadi kerusuhan antar-etnis di Sampit, Ambon, dan Poso.

Demikian pulah peristiwa tragis yang terjadi di Sumatera Utara sendiri yakni peristiwa unjuk rasa yang menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap) yang berujung meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara. Dalam hal ini, ilmu psikologi khususnya psikologi social mempunyai peran yang besar untuk menjawab berbagai persoalan ini.Konflik antar budaya dapat dipahami dan diselesaikan dengan teori-teori seperti intergroup theory, peace theory, dan culture psychology.

Dalam menjawab persoalan-persoalan ini, psikologi social sangat memperhatikan aspek-aspek budaya dan kondisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat, serta hubungan didalam dan antar kelompok yang ada di masyarakat tersebut.Teori identitas social melihat bahwa individu cenderung untuk mencari identitas social yang positif dan meningkatkan identitas kelompoknya untuk membedakan dengan kelompok lain.

Etnosentrisme melihat bahwa hubungan antar kelompok umumnya terjadi karena kecendrungan kelompok memandang dirinya sebagai pusat dari segalanya, sehingga terjadi in group favoritism dan berkembangnya stereotype-streotipe tertentu terhadap kelompok lain.Kesimpulannya, persoalan social yang dihadapi bangsa Indonesia bisa dilihat dari kacamata psikologi social, begitupun upaya penanganannya dapat dilakukan melalui berbagai cabang ilmu psikologi social.

B.5. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Industri dan Organisasi sebagai salah satu kekhususan di bidang ilmu psikologi memiliki banyak peran di dalam masyarakat. Salah satunya mengenai kompetensi dibidang ketenaga kerjaan.Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sesuainya kompetensi yang dimiliki seseorang dengan pekerjaan yang digelutinya (Wrong man on the wrong place) yang efeknya bisa bermacam-macam (misalnya: perselisihan antara pekerja dengan pihak pemberi kerja, PHK, kecelakaan kerja, dan stress kerja).

Oleh sebab itu dibutuhkan suatu proses penilaian (assessmen) agar mendapatkan orang yang sesuai antara kompetensi yang dimiliki dengan pekerjaan yang digeluti (Right man on the Right place).Masih maraknya pemberitaan tentang nasib buruk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, ditengarai karena factor kompetensi TKI yang kurang memadai merupakan suatu bukti nyata betapa pentingnya kompetensi kerja seseorang.

Hal ini sesui dengan pernyataan oleh direktur BNP2TKI, Ir.Kustomo Usman, CES, MM, tentang TKI di Taiwan yang gagal berangkat dan sulit melakukan klaim asuransi karena minim pemahaman dan pengetahuan sehingga mudah dibohongi. Permasalahan TKI seharusnya seharusnya dapat dipecahkan bila kompetensi yang dimiliki seseorang TKI mampu membuatnya menjadi aman dan nyaman ketika berkerja diluar negeri.

Dengan kata lain, seorang TKI haruslah memiliki keterampilan (skill) yang cukup untuk menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi ketika ia berada diluar negeri baik Hard Skill maupun Soft Skill. Dalam hal ini kajian psikologi Industri dan Organisasi memiliki peran yang sangat pentingSelain permasalah TKI maka fenomena klasik yang kerap dialami manusia di dunia kerja adalah stress kerja. Penyebab stress kerja didalam organisasi bervariasi dan terkadang kompleks. Karyawan / pegawai yang sangat sibuk ataupun sebaliknya merasa bosan dapat menjadi stress.

Demikian pula karyawan / pegawai yang memiliki pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang dirasakan mengancam keselamatan jiwa atau psikologisnya, seperti pekerjaan dengan tingkat pengawasan den resiko yang tinggi terhadap sangkaan korupsi sebagaimana yang banyak terjadi pada pejabat public di Indonesia saat ini, sangat rentan terhadap stress.

B.6. Sumbaangan psikologi untuk pengembangan USU
Berikut saya akan menyampaikan hasil-hasil penelitian mahasiswa psikologi USU dibawah bimbingan para dosen mengenai tinjauan-tinjauan psikologi yang kiranya dapat menjadi masukan bagi pengembangan Universitas Sumatera Utara.

Fenomena yang akan diangkat yaitu mengenai culture shock mahasiswa asing yang berada di USU, deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU, dan gambaran sikap mahasiswa terhadap mata kuliah kewirausahaan.Pada saat ini terdapat sejumlah mahasiswa asing asal Malaysia yang menempu pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Tentu saja mereka menghadapi perbedaan-perbedaan kebiasaan dan budaya dengan budaya negara asalnya.

Menurut Gudykunst dan kim (2003)perbedaan budaya dapat menimbulkan keterkejutan dan tekanan yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas cultural, dan mengakibatkan kecemasan.Reaksi terhadap situasi yang diikuti rasa cemas dan stress itu disebut dengan culture shock. Hasil penelitian Frandawati (2009)mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan study di USU, menemukan bahwa para mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan culture shock tergolong sedang.

Hal ini berarti mereka mulai bisa menyesuaikan diri namun masih mengalami beberapa masalah adaptasi seperti merasa menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan masih kurang nyaman mahasiswi lebih tinggi bila dibandingkan culture shock pada mahasiswa, dan culture shock pada mahasiswa Malaysia bersuku Cina lebih tinggi dibandingkan dengan suku melayu dan India.

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi pimpinan fakultas / universitas untuk mengembangkan Program Orientasi Berbasis Psikologi Budaya bagi mahasiswa asing di USU agar dapat dengan segera mengatasi culture shock yang dialami, sehingga mereka dapat berproses lebih cepat untuk focus pada proses belajarnya.

Terkait dengan mata kuliah laboratorium psikologi social, mahasiswa psikologi USU juga telah melakukan penelitian untuk melihat bagaimana gambaran deprivasi relative fraternalistik mahasiswa USU terhadap adanya perbedaan fasilitas di tiap fakultas / program study.Deprivasi relative fraternalistik merupakan suatu keadaan dimana seseorang membandingkan keadaan kelompoknya (ingroup) dengan kelompok lain (outgroup) dan merasa bahwa apa yang mereka dapat kurang dari apa yang yang seharusnya atau pantas mereka dapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar